Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan penyaluran insentif Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) mencapai Rp 256,5 triliun hingga pekan kedua Oktober 2024. Namun, insentif KLM diterima dari bank umum sektor nasional (BUSN). pada bulan Oktober sedikit menurun dibandingkan bulan sebelumnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan kelompok perbankan negara mendapat insentif KLM sebesar Rp119 triliun, BUSN Rp110,2 triliun, BPD Rp24,6 triliun, dan Kantor Bank Asing (KCBA) Rp2,7 triliun.
Dibandingkan September 2024, insentif BUSN mengalami penurunan sebesar Rp110,5 triliun, sedangkan alokasi pada tiga kelompok bank lainnya seperti BUMN meningkat Rp118,6 triliun, BPD sebesar Rp24,4 triliun, dan KCBA sebesar Rp2,6 triliun.
“Insentif KLM dibagi menjadi sektor-sektor utama yaitu sektor Hilirisasi Minerba, UMKM, Otomotif, Perdagangan dan Listrik, Gas dan Air (LGA), serta sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” ujarnya dalam pertemuan tersebut. Rapat Komite Konferensi Laporan Gubernur (RDG).
Selain itu, dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh stabilnya aktivitas bisnis korporasi. Di sisi lain, pertumbuhan kredit di berbagai sektor perekonomian masih tetap kuat, terutama di sektor Jasa Keuangan, Perdagangan, Perindustrian, Pertambangan dan Transportasi.
Berdasarkan kelompok kekuatan, pertumbuhan kredit modal kerja, kredit konsumsi, dan kredit investasi masing-masing sebesar 10,01% (yoy), 10,88% (yoy), dan 12,26% (yoy) pada September 2024.
Pembiayaan syariah tumbuh 11,37% (yoy), sedangkan kredit UMKM tumbuh 5,04% (yoy), membaik dibandingkan bulan sebelumnya. Ke depan, pertumbuhan kredit pada tahun 2024 diperkirakan berada pada kisaran 10%-12%.
Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat kerja KLM. mendorong lebih banyak kredit/investasi pada sektor-sektor usaha yang mendukung penciptaan lapangan kerja, dan sektor-sektor yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain sektor kelas menengah ke bawah, UMKM dan Ultra Mikro (UMi) seperti sektor hijau, dengan tetap juga memperhatikan sektor-sektor tersebut. prinsip kehati-hatian.
Perry mengatakan, Bank Indonesia akan terus memperkuat efektivitas penerapan kebijakan makroprudensial longgar dengan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, KSSK, perbankan dan pelaku usaha,
“[Ini] benar-benar dapat mendukung lebih banyak kredit/pembiayaan untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan,” katanya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel