Bisnis.com, JAKARTA — Investor asing paling banyak menjual saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI pada perdagangan Kamis (17/10/2024).
Investor asing mencatatkan Rp 191,1 miliar dalam penjualan asing emiten bank pelat merah ini, menurut data RTI Business.
Manuver investor asing di saham BBRI ini menyusul pengumuman Bank Indonesia (BI) yang baru-baru ini diadakan pada 15-16 Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada Oktober lalu, suku bunga acuan atau suku bunga BI berada pada level tersebut. sebesar 6%. tahun 2024.
Sementara itu, dalam pengumuman suku bunga BI kemarin, bank sentral juga menetapkan suku bunga penjaminan simpanan sebesar 5,25%, dan suku bunga fasilitas kredit sebesar 6,75%.
Sedangkan saham kedua yang paling banyak diterbitkan asing adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR). Omzet JSMR di luar negeri hanya mencapai Rp 19,6 miliar.
Di sisi lain, investor asing cenderung melakukan akumulasi pembelian yang cukup intensif terhadap dua emiten bank lainnya, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI).
Beli bersih BBCA dari luar negeri tercatat sebesar Rp 344,7 miliar yang merupakan akumulasi pembelian terbesar pada perdagangan hari ini.
Pada saat yang sama, BMRI membukukan pembelian bersih asing terbesar kedua sebesar Rp 323,8 miliar.
Di sisi lain, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) kembali mencatatkan pembelian bersih asing yang intens sebesar Rp 222,7 miliar.
Diberitakan sebelumnya, BBRI mencatatkan laba bersih konsolidasi yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp 29,92 triliun pada kuartal II 2024.
Ketua BBRI Sunarso mengatakan, perolehan laba bank tersebut tidak lepas dari penyaluran kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh hingga dua digit. BRI menyalurkan kredit senilai Rp 1.336,78 triliun pada Q2 2024, naik 11,2% year-on-year.
“Ini sebagai wujud mendukung perekonomian negara, menciptakan lapangan kerja, khususnya di segmen UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah],” kata Sunarso dalam paparannya, Kamis (25/07/2024).
Penyaluran kredit BRI sebagian besar ditujukan pada segmen UMKM dengan share sebesar 81,96%. Kemudian, pertumbuhan laba ditopang oleh DPK yang tumbuh 11,6% year-on-year menjadi Rp1.389,66 triliun.
Sementara itu, dana murah atau current account saving account (CASA) mendominasi pendanaan perbankan dengan volume Rp 877,89 triliun atau tumbuh 7,7% year-on-year. Hingga Juni 2024, pangsa aset perbankan murah mencapai 63,17%.
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk membujuk Anda membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel