Bisnis.com, Jakarta – Perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) menjelaskan mengapa penetrasi asuransi di Indonesia masih kecil. Penetrasi asuransi di Indonesia akan tetap sebesar 2,59% pada tahun 2023, tren tersebut juga menurun dibandingkan tahun 2020 sebesar 3,11%.
Direktur Pengembangan Bisnis Jasindo Diwe Novara menjelaskan penyebab pertama adalah rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat. Pada tahun 2022, literasi keuangan masyarakat Indonesia pada sektor asuransi dilaporkan sebesar 31,72%, namun partisipasinya hanya 16,63%.
“Banyak orang yang paham asuransi belum tentu memilih untuk menggunakannya,” kata Davey Business, Kamis (10/10/2024).
Tingkat literasi dan partisipasi asuransi yang masih rendah juga memperburuk kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi. Misalnya pada tahun 2022-2023, 4 perusahaan asuransi bermasalah dicabut izinnya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena tidak dapat memenuhi persyaratan minimum sesuai ketentuan terkait.
“Ketidakpercayaan masyarakat terhadap industri asuransi adalah akibat dari tuntutan hukum yang disebabkan oleh kegagalan beberapa perusahaan dalam membayar atau manajemen yang buruk,” kata Davey.
Selain itu, dari sisi regulator, Dewey nampaknya kebijakan keuangan terlalu terfokus pada perbankan sehingga menurutnya sektor asuransi relatif tertinggal dalam hal reformasi dan pembangunan.
Meski demikian, Dewey merasa masih ada ruang untuk memperluas akses asuransi dalam beberapa tahun ke depan. Ia melihat potensi tersebut, terutama pascapandemi, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan finansial, yang dapat menjadi peluang bagi perusahaan asuransi untuk memperkenalkan produk yang lebih relevan dan terjangkau.
Potensi lainnya adalah semakin majunya teknologi informasi yang memungkinkan industri asuransi menjangkau segmen pasar yang belum tergarap.
“Khususnya di wilayah dimana pemahaman masyarakat mengenai pentingnya asuransi masih rendah, perusahaan asuransi dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan transparansi dan kepadatan asuransi dengan menerapkan program literasi dan inklusi keuangan berskala besar.” Naik,” tegas Dew.
Selain dari sisi pendidikan, menurutnya, industri juga harus gencar mengembangkan produk asuransi yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat serta produk asuransi yang terjangkau untuk segmen pasar bawah.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel