Bisnis.com, JAKARTA – SAP mencatat kecerdasan buatan generatif (AI) di Indonesia sebagian besar diterapkan oleh perusahaan skala menengah, meski masih banyak tantangan yang dihadapi.

Hasil survei SAP menunjukkan bahwa perusahaan menengah di Indonesia lebih mementingkan penerapan AI generatif (60%) dibandingkan perusahaan yang mengalami pertumbuhan pendapatan lebih tinggi (51%).

Chief Partner dan Head of MidMarket SAP Asia Pasifik dan Jepang Utkarsh Maheshwari mengatakan kecerdasan buatan bisnis merupakan peluang teknologi terbesar bagi perusahaan di Indonesia.

“Perusahaan menengah di Indonesia yang mengalami pertumbuhan cenderung memberikan prioritas tinggi pada AI generatif dibandingkan perusahaan yang berhasil meningkatkan pendapatannya,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (18/10/2024).

Ia menambahkan, penggunaan Business AI tidak terbatas pada bisnis saja, namun meluas ke semua ukuran organisasi, sehingga dapat digunakan untuk mengotomatisasi permasalahan sehari-hari atau urusan bisnis sederhana.

Penerapan AI generatif merupakan prioritas menengah atau utama bagi 95% bisnis di Indonesia, sementara penerapan aplikasi bisnis berbasis AI standar seperti pembelajaran mesin untuk analisis data dan analisis prediktif merupakan prioritas utama bagi 94%.

Prioritas utama lainnya mencakup ancaman keamanan siber (95%), kelestarian lingkungan (95%), dan mengatasi kesenjangan rantai pasokan (93%).

Kecerdasan buatan dipandang sebagai prioritas dalam mengubah proses organisasi di setiap industri. Lebih dari enam dari sepuluh organisasi skala menengah di Indonesia menganggap AI sebagai prioritas utama dalam keamanan data dan transformasi privasi mereka (62%).

AI sudah banyak digunakan di perusahaan skala menengah di Indonesia untuk mengembangkan konten pemasaran dan penjualan (92%), berkomunikasi dengan pelanggan atau pemasok (91%), mendeteksi penipuan (89%) dan memantau ancaman keamanan siber (87%). .

Meski demikian, ia menambahkan masih terdapat beberapa tantangan dalam mendorong pengembangan usaha menengah di Indonesia.

Responden menyebutkan kurangnya kualitas data untuk perencanaan atau pengambilan keputusan (41%) dan gangguan rantai pasokan (40%), serta kurangnya integrasi sistem (38%) dan teknologi yang ketinggalan jaman (32%) sebagai tantangan internal utama. untuk pertumbuhan.

Risiko terbesar yang dihadapi perusahaan dengan AI adalah pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang salah (37%), kurangnya transparansi hasil (33%), kurangnya kuantitas dan kualitas data (32%) dan tuntutan hukum (31%).

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *