Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah belum berencana memberikan insentif pada mobil hybrid meski sudah ditunggu oleh para pelaku industri otomotif.
Pakar otomotif sekaligus akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Iannes Martinus Pasaribu mengatakan, keputusan pemberian insentif bagi kendaraan hybrid patut dipertimbangkan secara matang mengingat berbagai faktor, termasuk kondisi pasar mobil saat ini yang sedang lesu.
Selain itu, menurutnya, prioritas pemerintah saat ini adalah fokus pada pengembangan kendaraan listrik murni (battery electric vehicle/BEVs). Akibatnya, pemerintah kemungkinan akan memandang insentif bagi mobil hibrida sebagai beban keuangan, terutama jika penjualan meningkat secara signifikan.
“Namun ada bahaya serius jika penjualan [mobil hybrid] turun, berpotensi melemahkan vitalitas industri komponen dalam negeri yang saat ini sedang mengalami tekanan operasional,” kata Iannes kepada Bisnis, yang dikutip Kamis (10/03). /2020). 2024).
Menurutnya, kendaraan hybrid dipandang sebagai teknologi transisi menuju kendaraan listrik murni dan sebenarnya memiliki segmentasi pasar yang berbeda dengan calon pembeli BEV murni.
Selain itu, kata Iannes, penerapan pajak karbon juga nampaknya harus menjadi pertimbangan yang adil bagi seluruh ekosistem industri, baik mobil bertenaga bensin (internal Combustion Engine/ICE), kendaraan listrik hybrid (HEV), maupun BEV di Indonesia.
“Jadi sepertinya pemerintah harus melakukan kajian lanjutan secara komprehensif terhadap permasalahan ini dan mengambil keputusan yang tidak akan melemahkan kekuatan industri otomotif lokal saat ini dengan tetap tidak melupakan program utama menuju BEV,” tutupnya.
Perhatikan bahwa baru-baru ini pertumbuhan bulanan penjualan BEV dan HEV hampir sama. Mengutip data Gaikindo, penjualan mobil hybrid mencapai 6.099 unit pada Agustus 2024. Capaian tersebut meningkat 23,11% dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 4.954 unit.
Sementara penjualan BEV tercatat sebanyak 5.290 unit pada Agustus 2024, meningkat 23,91% dibandingkan Juli sebanyak 4.269 unit. Keputusan hybrid tetap efektif
Diberitakan sebelumnya, keputusan pemerintah terkait insentif mobil hybrid masih belum jelas. Sebab, meski belum resmi, kebijakan tersebut belum sepenuhnya ditolak pihak berwenang.
Pada Agustus 2024, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlanga Hartarto mengaku banyak pihak yang menunggu kebijakan baru untuk bagian hybrid. Meski demikian, dia menegaskan pemerintah akan tetap berpegang pada kebijakan yang ada saat ini.
Saat itu, ia hanya mengatakan tidak akan ada perubahan kebijakan lebih lanjut, namun Erlanga juga tidak secara tegas menolak adanya insentif hybrid.
Baru-baru ini, Airlangga hanya menjawab singkat soal apakah akan ada insentif kendaraan hybrid pada tahun depan.
“Sampai saat ini tanpa insentif, penjualan hybrid relatif baik,” kata Erlanga saat ditemui usai konferensi Green Initiative di Jakarta Pusat, Selasa (24/09/2024).
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan VA Channel