Bisnis.com, JAKARTA – Negara-negara Uni Eropa (UE) sepakat menerapkan tarif bea masuk tinggi terhadap mobil atau kendaraan listrik yang diimpor dari China. 

Langkah ini diambil untuk melindungi industri mobil di Uni Eropa dari ketatnya persaingan produk kendaraan listrik murah asal China yang dinilai mengancam kelangsungan industri mobil lokal di Benua Biru.

Komisi Eropa di masa lalu telah mengenakan bea masuk di berbagai tingkatan untuk melindungi produsen mobil lokal. Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi dampak besarnya arus impor kendaraan listrik dari Tiongkok yang mendominasi pasar Eropa.

“Setelah pemungutan suara, negara-negara anggota UE setuju untuk menaikkan pajak impor kendaraan Tiongkok dari 10% menjadi 45%. Senin (7/10/2024).

Namun keputusan tersebut tidak mendapat dukungan dari seluruh negara anggota Uni Eropa. Banyak negara besar seperti Jerman dan Hongaria memilih untuk menentang kebijakan tersebut, dengan alasan bahwa industri otomotif mereka juga sangat tertarik untuk mengekspor ke Tiongkok. Selain itu, 12 negara abstain dalam pemungutan suara ini.

Sementara itu, 10 negara anggota UE, termasuk Prancis, Italia, dan Polandia, sepakat menaikkan bea masuk. Dukungan dari negara-negara tersebut mencerminkan kekhawatiran mereka terhadap dominasi kendaraan listrik di Tiongkok, yang dianggap menerima subsidi besar dari pemerintah Tiongkok, yang akan merugikan produsen mobil Eropa.

Langkah UE ini dipicu oleh penyelidikan terhadap jumlah dukungan finansial yang diterima pembuat mobil listrik Tiongkok. Komisi Eropa menyimpulkan bahwa subsidi menciptakan ketidakseimbangan kompetitif yang merugikan produsen mobil lokal.

Akibat investigasi tersebut, Komisi Eropa mengenakan bea masuk khusus kepada tiga produsen mobil listrik terkemuka asal China, yakni SAIC, BYD, dan Geely. Kebijakan ini diharapkan dapat memperlambat laju pengenalan mobil listrik murah dan memberikan peluang bagi industri lokal untuk tumbuh.

Sementara itu, China kini menjadi pasar luar negeri terbesar bagi industri mobil listrik, termasuk Eropa. Namun, situasi ini menimbulkan masalah bagi negara-negara seperti Jerman, yang industri otomotifnya sangat bergantung pada ekspor Tiongkok. Produsen mobil besar Jerman seperti BMW dan Volkswagen mengecam keras keputusan Uni Eropa.

BMW menyebut kebijakan tersebut sebagai “pertanda buruk” bagi industri mobil Eropa, yang berada di bawah tekanan besar. Sementara itu, Volkswagen mengatakan langkah tersebut merupakan pendekatan yang salah dalam mengatasi tantangan perdagangan global.

Namun Komisi Eropa menegaskan keputusan ini belum final. Mereka berharap Uni Eropa dan Tiongkok dapat bekerja sama mencari alternatif di tahun-tahun mendatang guna mengurangi ketegangan yang semakin meningkat di sektor perdagangan.

Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Tiongkok menyatakan kebijakan tarif ini merupakan praktik yang tidak adil. Tiongkok telah mengisyaratkan kemungkinan tindakan balasan terhadap barang impor dari Eropa, yang akan memperburuk situasi perdagangan global.

Keputusan ini mempunyai implikasi luas terhadap hubungan perdagangan antara Uni Eropa dan Tiongkok, khususnya di sektor lain yang juga terlibat dalam perdagangan bilateral. Meskipun Uni Eropa berupaya melindungi industri lokal, risiko perang dagang dengan Tiongkok tidak dapat dihindari. Manfaatnya bagi Indonesia? 

Perselisihan perdagangan terkait tarif kendaraan listrik (EV) Tiongkok telah membayangi prospek produk logam di pasar global.

Presiden MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan tahun ini negara-negara Eropa dan Amerika Serikat mulai memberlakukan impor kendaraan listrik lebih tinggi dari Tiongkok untuk mengurangi dominasi produk Tiongkok.

Menurut dia, perang dagang bisa mengubah peta pasar rantai pasok logam bahan baku kendaraan listrik, seperti nikel.

Artinya, tentu ada perubahan, kata Hendi saat ditemui di sela-sela agenda LME Week 2024 di London, Inggris, Senin (30/9/2024) waktu setempat.

Namun, Hendi yakin Indonesia benar-benar dapat memanfaatkan peluang dari situasi ini untuk menarik investasi di industri-industri yang terkena dampak.

Ia mencontohkan mobil Tesla buatan China akan dikenakan tarif yang cukup besar sehingga sulit bersaing dengan produk mobil listrik negara lain.

“Memang industri yang produknya kena tarif bisa kita tarik untuk pindah ke Indonesia. Mudah-mudahan ini menjadi landasan industrialisasi sumber daya alam yang kita miliki. Padahal, tim MIND ID sedang menjalankan amanah pengurangan bahan baku produksi. untuk industri,” ujarnya.

Selain perang dagang mobil listrik, prospek komoditas logam tahun ini juga dibayangi krisis perumahan di Tiongkok. Hendi mengatakan krisis tersebut melemahkan permintaan produk olahan nikel dan baja tahan karat.

Jadi peminatnya kurang bagus, masih banyak produk lain, ujarnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan saluran WA

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *