Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja industri manufaktur dalam beberapa bulan terakhir nampaknya melambat. Situasi ini juga tercermin pada penurunan harga bahan baku/utilitas dan barang modal, khususnya input industri.
Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan produksi Indonesia kini terdampak lemahnya perekonomian global dan menurunnya daya beli dalam negeri.
“Visi tersebut memang masih sulit kita temukan atau ada perbaikan menyeluruh pada kondisi produksi saat ini, karena kondisi dunia sendiri sangat tidak menentu,” kata Yose kepada Bisnis, Kamis (17/10/2024).
Persaingan yang ketat dengan produk Tiongkok dan Vietnam di pasar regional juga dinilai sulit dimasuki oleh produsen lokal. Akibatnya produksi bahan baku produksi menjadi terbatas.
Namun kelangkaan barang mentah/penolong dan impor juga disebut-sebut disebabkan oleh peraturan atau kebijakan perdagangan luar negeri yang mempersulit pengadaan barang ramah lingkungan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor mengalami penurunan dalam 3 bulan terakhir. Pada September 2024, impor tercatat sebesar $13,4 miliar atau turun 9,69% year-on-month (mtm) dari $14,8 miliar pada Agustus 2024.
Sebelumnya, pada Juli 2024, jumlah impor bahan baku/penolong masih sekitar $16,02 miliar. Meskipun mengalami penurunan dari bulan ke bulan, secara tahun ke tahun, ekspor masih tumbuh sebesar 5,87% tahun ke tahun (yoy) dari $12,6 miliar pada bulan September 2023.
Situasi serupa juga terjadi pada ekspor barang impor yang mengalami penurunan menjadi 3,53 miliar USD atau turun 7,15% mtm pada September 2024 dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,80 miliar USD. Sedangkan pada Juli 2024, jumlah impor sebesar 3,63 miliar dolar AS.
Secara year-on-year, impor meningkat sebesar 18,44% year-on-year menjadi 2,98 miliar dollar AS pada September 2023. Sedangkan impor dari ling memberikan kontribusi sebesar 17,44% terhadap total nilai barang impor, sedangkan pangsa produk impor mencapai 73%. .
Ketika Kementerian Perindustrian melihat adanya penurunan harga barang impor dan barang modal yang dapat berdampak pada produksi, maka Kementerian Perindustrian menilai kebijakan harus terkoordinasi antar sektor dan lembaga.
Kepala Biro Standardisasi Kebijakan dan Pelayanan Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian Andi Rizaldi mengatakan, dalam 3 bulan terakhir produksi mengalami penurunan, meski pesanan fleksibel baru semakin banyak.
Sekadar informasi, Purchasing Managers’ Index (PMI) produksi Indonesia yang menunjukkan perubahan barang, pesanan baru, hasil produksi, dan persediaan dalam 3 bulan terakhir mengalami kontraksi. Pada Juli 2024, PMI Juli 49,3, Agustus 2024 48,9, dan September 2024 49,2.
“Ada yang melihatnya terkait dengan pelonggaran aturan impor, tapi mungkin perlu dikaji karena mungkin ada faktor lain seperti itu, misalnya terkait daya beli -jadi,” kata Andi dalam acara Bisnis Indonesia: Legacy of the Konferensi yang lalu. . Sepuluh Tahun dan Harapan Masa Depan Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (16/10/2024).
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel