Bisnis.com, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto berjanji akan mencapai swasembada pangan di Indonesia di bawah pemerintahannya.

Untuk mencapai hal tersebut, Prabowo menandatangani Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 2024 tentang Organisasi Tugas dan Fungsi Kementerian Luar Negeri pada Kabinet Merah Putih Tahun 2024-2029.

Dalam keputusan akhir tersebut, Prabowo menetapkan susunan kementerian Kabinet Merah Putih yang terdiri dari 48 kementerian.

Diantaranya ada 7 kementerian koordinator (Kimenko). Salah satunya adalah koordinasi Kementerian Pangan yang dipimpin Zulkifli Hassan.

Menko Pangan Zulkifli akan memimpin setidaknya 6 kementerian/lembaga, yakni Kementerian Pertanian; Kementerian Kehutanan; Kementerian Kelautan dan Perikanan; Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup; Badan Pangan Nasional; dan Badan Gizi Nasional.

Oleh karena itu, Ketua Umum Partai Front Nasional (PAN) harus menyusun strategi untuk mewujudkan swasembada pangan seperti yang dijanjikan Prabowo saat kampanye dan pidato pertamanya sebagai Presiden RI. Sejarah swasembada pangan di Indonesia 

Melansir laman Museumkepresian.id, pada awal pemerintahan Orde Baru dipimpin Soeharto, pembangunan mulai dilakukan secara luas di sejumlah daerah.

Hal ini tidak lepas dari krisis yang terjadi setelah berakhirnya pemerintahan orde lama, mulai dari inflasi hingga kenaikan harga kebutuhan pokok.

Salah satu fokus pemerintahan Orde Baru saat ini adalah sektor pertanian, dengan penekanan pada peningkatan produksi padi.

Pada awal pemerintahan Orde Baru, Indonesia menjadi importir beras terbesar di dunia. Sedangkan produksi beras nasional pada tahun 1969 hanya 12 juta ton.

Upaya peningkatan produksi padi selanjutnya akan dilanjutkan melalui penyuluhan dan perluasan pertanian. Selain itu, pemerintah berupaya meningkatkan produksi beras melalui Program Orientasi Massal (BIMAS).

Program BIMAS kemudian berkembang menjadi kerjasama bilateral BIMAS yang mencakup peran swasta dalam negeri dan juga peran swasta asing. Strategi kolektif kerjasama bilateral bertujuan untuk meningkatkan produksi padi dalam negeri dengan memberikan bantuan kepada petani dalam hal pupuk dan pestisida.

Program Kerja Sama Bilateral BIMAS kemudian diubah menjadi BIMAS Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 1969. Melalui Asuransi Nasional, petani mendapatkan manfaat Intensitas Massal (INMAS) dan Intensitas Khusus (INSUS). Selain mendorong pertumbuhan dan pembangunan pertanian, pemerintah juga menerapkan diversifikasi pertanian dengan mengintegrasikan teknologi dan pertanian.

Program dan kebijakan yang diterapkan pada masa pemerintahan Sueharto berhasil membawa Indonesia mencapai swasembada pangan pada tahun 1984.

Karena keberhasilan Indonesia menjadi negara swasembada pangan, Presiden Soeharto diundang oleh Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Edward Sawama, untuk menghadiri World Forum di Roma, Italia pada tanggal 14 November 1985. diundang untuk

Soeharto menggambarkan keberhasilan Indonesia dalam swasembada pangan merupakan hasil kerja keras suatu bangsa.

Dalam agenda tersebut, Presiden Soeharto atas nama rakyat Indonesia memberikan bantuan kepada korban kelaparan di beberapa negara Afrika berupa 100.000 ton beras.

Hibah ini merupakan kontribusi bagi petani Indonesia dan juga menunjukkan bahwa negara berkembang dapat meningkatkan kapasitasnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *