Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mendorong operator seluler untuk terus mengembangkan jaringan 5G, terutama di perkotaan dan padat penduduk.
Telkomsel, Indosat Ooredoo dan XL Axiata adalah operator seluler yang diberi izin oleh pemerintah untuk menyediakan layanan 5G komersial di Indonesia, menurut Bisnis.
Secara bertahap, ketiganya terus memperkenalkan 5G di beberapa wilayah.
Bonifacio W Pujianto, Direktur Comdigi Digital Economy, mengatakan pemerintah saat ini fokus menyelesaikan jaringan 4G di daerah tertinggal, perbatasan, dan terluar (3T).
Meski demikian, Boniface mengatakan Komdigi akan mendorong operator seluler untuk terus mengembangkan jaringan 5G, salah satunya di perkotaan.
“5G untuk wilayah dengan kepadatan tinggi, perkotaan, dan lain-lain, operator kami berupaya untuk terus mengembangkan 5G,” kata Bonifasius kepada Bisnis, Rabu (23/10/2024).
Lebih lanjut, Boniface mengatakan dorongan operator seluler untuk mengembangkan jaringan 5G karena besarnya permintaan di pasar.
Apalagi saat ini banyak sekali gadget atau ponsel yang mendukung jaringan 5G dan dijual dengan harga murah.
“Iya (memberi insentif kepada operator seluler), ini (5G) adalah permintaan pasar,” ujarnya.
Di sisi lain, jumlah pengguna Internet Akses Nirkabel Tetap (FWA) 5G secara global diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat menjadi 330 juta pada tahun 2029, dengan potensi pendapatan tahunan sebesar US$75 miliar bagi perusahaan jasa.
Laporan ConsumerLab terbaru Ericsson menyatakan bahwa potensi FWA menjadi populer di kalangan mayoritas pengguna Internet didukung oleh beberapa faktor, seperti fleksibilitas, penyesuaian, dan kemudahan instalasi dibandingkan fiber.
Studi yang mencakup 19 negara, 370 juta rumah tangga, dan mewakili 1,2 miliar penduduk global ini menunjukkan bahwa rumah tangga yang menggunakan FWA 5G lebih puas dengan pengalaman layanan mereka dibandingkan pengguna fiber.
Layanan yang dimaksud berkisar dari waktu pengiriman, persyaratan kontrak, kualitas peralatan hingga tingkat biaya.
John Yazle, Kepala Akses Nirkabel Tetap di Ericsson Networks, mengatakan pada saat itu bahwa 7 dari 10 rumah tangga yang menggunakan FWA 5G di seluruh dunia telah memilih teknologi tersebut sebagai pengganti permanen koneksi yang digunakan sebelumnya.
“FWA saat ini merupakan penerapan 5G terbesar setelah broadband seluler, dan jumlah koneksi di seluruh dunia diperkirakan meningkat hampir tiga kali lipat menjadi 330 juta pada akhir tahun 2029,” kata Yazlle.
Untuk mendorong penetrasi 5G di Indonesia, Ericsson meluncurkan “Ericsson Hackathon 2024”, yang bertujuan untuk mendorong transformasi digital di Indonesia menggunakan kecerdasan buatan generatif (Gen AI) dan teknologi 5G.
Program ini merupakan hasil kerja sama Kementerian Perindustrian, PIDI 4.0, Kementerian Komunikasi dan Pusat Digital, Inovasi dan Pembelajaran, Universitas Swiss-Jerman dan KORIKA.
Fokus dari Hackathon ini adalah Smart Manufacturing, sebuah pendekatan yang menggabungkan teknologi canggih seperti IoT, analisis big data, robotika, dan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan proses manufaktur dan memungkinkan pengambilan keputusan berdasarkan data.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel