Larangan Tembakau Bantu Cegah 1,2 juta Kematian Akibat Kanker Paru

Bisnis.com, JAKARTA — Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa menciptakan generasi bebas rokok dengan melarang tembakau dapat mencegah 1,2 juta kematian akibat kanker paru-paru di seluruh dunia.

Studi simulasi ini, yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Public Health, adalah salah satu studi pertama yang sejenis. Studi ini dilakukan oleh peneliti dari Universitas Santiago de Compostela dan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) bekerja sama dengan para ahli internasional. 

Melarang penjualan rokok dan produk tembakau lainnya kepada orang yang lahir antara tahun 2006 dan 2010 dapat menurunkan angka kematian akibat kanker paru-paru secara signifikan pada tahun 2095, menurut sebuah penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penciptaan “generasi bebas tembakau” dapat secara signifikan mengurangi jumlah kematian akibat kanker paru-paru akibat tembakau di masa depan.

Saat ini, merokok merupakan penyebab utama kematian yang dapat dicegah di seluruh dunia, dan berkontribusi terhadap lebih dari dua pertiga dari 1,8 juta kematian akibat kanker paru-paru setiap tahunnya.

“Kanker paru-paru adalah pembunuh utama di seluruh dunia, dan dua pertiga kematian disebabkan oleh faktor risiko yang dapat dicegah, yaitu berhenti merokok,” kata pemimpin penulis studi Julia Rey Brandariz dari Universitas Santiago de Compostela, seperti dilansir Earth.com, Selasa (8/10/2024). 

Menurut Brandariz, hal ini tidak hanya dapat menyelamatkan banyak nyawa, tetapi juga dapat mengurangi beban sistem kesehatan dalam merawat dan merawat orang yang sakit akibat merokok.

Terlepas dari potensi dampaknya, saat ini tidak ada negara yang memiliki undang-undang yang melarang penjualan tembakau kepada generasi muda. 

Upaya signifikan, seperti larangan penjualan tembakau kepada orang yang lahir pada tahun 2009 atau setelahnya di Selandia Baru, baru-baru ini dibatalkan.

Sebagian besar penelitian sebelumnya mengenai pengendalian tembakau berfokus pada manfaat kesehatan tanpa mempertimbangkan potensinya untuk mengurangi angka kematian.

Namun, penelitian ini adalah penelitian pertama yang meneliti dampak jangka panjang dari generasi bebas rokok terhadap kematian akibat kanker paru-paru, dengan fokus pada individu yang lahir antara tahun 2006 dan 2010, yang merupakan usia legal untuk membeli tembakau di sebagian besar negara.

Para peneliti menggunakan data historis dari 82 negara dalam Basis Data Kematian WHO dan menerapkannya pada basis data GLOBOCAN 2022, platform statistik kanker global IARC, untuk memprediksi kematian paru-paru di masa depan di antara orang-orang yang lahir pada periode ini.

Jumlah kematian akibat kanker paru-paru yang dapat dicegah akibat merokok juga dihitung menggunakan data dari penelitian sebelumnya terhadap non-perokok.

Analisis menunjukkan bahwa menghilangkan kebiasaan merokok pada generasi ini dapat mencegah sekitar 1 juta 200 ribu kematian akibat kanker paru-paru di 185 negara di dunia.  

Angka ini mewakili 40,2% dari total jumlah kematian akibat kanker paru-paru pada tahun 2095 pada kelompok ini.

Studi ini juga memperkirakan bahwa hampir separuh kematian akibat kanker paru-paru di kalangan pria, khususnya 45,8% atau 844.200 dari 1,8 juta kematian, dapat dicegah, sementara hampir sepertiga kematian di kalangan wanita, 30,9% atau 342,400 kematian, dapat dicegah. telah dicegah.

Masalahnya adalah meskipun tingkat merokok telah menurun di negara-negara berpendapatan tinggi dalam beberapa tahun terakhir, kanker paru-paru masih menjadi penyebab utama kematian dan kesakitan. 

“Namun, di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan populasi kaum muda yang berkembang pesat, dampak larangan merokok mungkin lebih besar,” kata penulis studi Isabelle Soerjomataram dari Badan Internasional untuk Penelitian Kanker.

Soerjomataram mencatat bahwa salah satu alasan berhenti merokok dapat menyelamatkan banyak nyawa di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah adalah karena populasi mereka lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi.

“Merokok juga sangat umum di banyak negara-negara ini, sementara di banyak negara berpendapatan tinggi sudah menurun,” katanya. 

Namun penulis penelitian mengakui bahwa masih terdapat keterbatasan dalam penelitian tersebut, yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti pasar gelap atau masalah kepatuhan.

Penelitian ini juga tidak memperhitungkan rokok elektrik atau perubahan angka kanker paru-paru di kalangan bukan perokok akibat perbaikan layanan kesehatan. 

Namun, dengan berfokus pada penelitian mengenai rokok tembakau, temuan ini memberikan dasar yang kuat bagi kebijakan bebas tembakau yang bertujuan mengurangi kematian akibat kanker paru-paru dan meningkatkan hasil kesehatan di seluruh dunia.

“Faktanya, kami memperkirakan lebih dari 1,1 juta kematian akibat kanker paru-paru per kelompok kelahiran 5 tahun dapat dicegah jika merokok dihilangkan di 185 negara,” kata para peneliti.

Oleh karena itu, peneliti menekankan penerapan langkah-langkah pengendalian tembakau oleh pemerintah masing-masing negara untuk mengurangi prevalensi merokok.5

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *