Bisnis.com, JAKARTA – Riset terbaru menunjukkan kelas menengah mengurangi pengeluaran produk perawatan kulit serta menunda pembelian dan renovasi rumah. Namun para ahli memperkirakan industri konstruksi dan kecantikan akan terus tumbuh di tahun mendatang.
Studi Investur bertajuk Indonesia Industry Outlook 2025 menunjukkan 49% masyarakat kelas menengah mengaku mengalami penurunan daya beli. Akhirnya, kelas menengah harus memangkas anggaran pada beberapa pengeluaran.
Studi menunjukkan bahwa empat pengeluaran yang paling banyak dipotong oleh kelas menengah adalah produk perawatan kulit (SK-II, Laneige, dll), perbaikan rumah dan pembelian furnitur baru, belanja barang mahal dan elektronik (perhiasan, gadget, TV, dll. ), pengeluaran untuk keanggotaan atau berlangganan (Stream, Netflix, Spotify, dll.).
Namun, Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Sosial Universitas Indonesia (LPEM UI) Jahen Fachrul Rezki menilai penurunan daya beli masyarakat kelas menengah hanya satu hal. Menurutnya, banyak hal lain yang menjadi penentu akhir usaha yang melemahkan penjualan mereka di kalangan kelas menengah.
“Itu contoh pembangunan yang tidak hanya berdampak pada kelas menengah saja, tapi juga suku bunga, dan sekarang terlihat kecenderungan negara-negara di dunia mulai menurunkan suku bunganya. sektor ini tumbuh,” kata Jahen pada Konferensi Indonesia Industry Outlook 2025 di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2024).
Ia meyakini, meski pengusaha terlambat membeli atau merenovasi rumah, namun kebijakan yang memudahkan pembiayaan seperti empat suku bunga rendah akan berdampak positif pada industri konstruksi.
Begitu juga dengan industri kecantikan seperti skin care alias perawatan kulit. Meskipun daya beli untuk perawatan kulit telah berkurang, penelitian Investure menunjukkan bahwa kelas menengah tidak benar-benar berhenti berbelanja.
“Saya rasa kosmetik tidak akan banyak berubah karena perilaku pelanggan kita sudah sangat baik, sekarang masyarakat mulai peduli dengan masalah kosmetik, ada perubahan dalam pembelian masyarakat,” kata Jahen.
Ia pun meyakini bisnis barang mewah dan elektronik akan terus tumbuh di tahun baru, terutama penjualan mesin. Alasannya adalah perilaku konsumen telah berubah: pengaruh sosial membuat mereka ingin membeli produk baru.
“Jadi harapannya bisa disesuaikan [sejalan] dengan permintaan sehingga akan meningkatkan penjualan konsumen [consumer boom],” kata Jahen.
Pernyataan senada disampaikan Retail & Consumer Strategist Yongki Susilo. Ia yakin industri konstruksi, perawatan kulit, dan gadget akan terus tumbuh di tahun depan.
Soal pembangunan, Jungki menjelaskan kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang ingin membangun 30 juta rumah berdampak positif. Untuk perawatan kulit, jelasnya, data menunjukkan rata-rata keuntungan usaha ini masih 30%.
Ya, kemarin saya meja bundar dengan vendor, masih bagus. Orang-orang mengikuti gayanya terus, ”kata Yongki bersamaan.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel