Bisnis.com, Jakarta – Salah satu terobosan teknologi terbesar di awal abad ke-21 adalah lahirnya Generative AI (disebut juga Large Language Model-LLM). Salah satu software AI generatif yang paling populer adalah Chat GPT.

Obrolan GPT adalah model bahasa berbasis AI yang dikembangkan oleh OpenAI untuk memahami dan menghasilkan teks berdasarkan permintaan pengguna. GPT (Generative Pre-Trend Transformer) menggunakan pembelajaran mesin untuk mempelajari pola bahasa dari jutaan data teks, sehingga dapat memberikan jawaban yang relevan dan relevan untuk berbagai topik.

Secara sederhana, GPT Chat dapat menjawab pertanyaan “perubahan kecil” seperti restoran mana yang direkomendasikan untuk makan siang hari ini dan pertanyaan kategori “berat” seperti berapa nilai wajar suatu saham dengan model dan asumsi penilaian tertentu.

Tujuan utama GPT Chat adalah membantu pengguna memenuhi berbagai kebutuhan, seperti memberikan informasi, menyelesaikan tugas bahasa, dan berkomunikasi secara alami dengan mesin.

Keunggulan utama teknologi ini mencakup efisiensi akses informasi, dukungan otomatis di berbagai bidang seperti layanan pelanggan dan pendidikan, serta potensi inovasi dalam bisnis. Chat GPT memiliki banyak aplikasi seperti Microsoft Azure AI, Google Bard, dan Amazon Alexa.

Teknologi seperti Chat GPT memiliki dampak signifikan terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas, yang pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap perekonomian global. Dalam konteks bisnis, Chat GPT dapat mengurangi biaya operasional dengan mengotomatiskan layanan pelanggan, analisis data, dan pembuatan konten.

Obrolan GPT banyak membantu esai saya; Kontribusi kucing GPT mencapai sekitar 60%. Peran saya terutama memberikan inspirasi (kata kunci dan sistematika), review dan koreksi. Sebuah artikel yang biasanya membutuhkan waktu 6-7 jam untuk ditulis hanya membutuhkan waktu 2 jam.

Menurut laporan McKinsey (2023), potensi ekonomi dari penerapan AI generatif dapat meningkatkan PDB global sebesar 13 miliar dolar AS pada tahun 2030. Pada skala yang lebih mikro, AI diperkirakan dapat menghemat biaya hingga 340 miliar dolar AS per tahun melalui otomatisasi . tenaga kerja manual di berbagai industri (Manyika et al., 2021).

Misalnya, perbankan digital yang menggunakan AI dalam layanan pelanggan telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam efisiensi dan kepuasan pelanggan.

Seperti teknologi lainnya, penggunaan GPT Chat juga memiliki beberapa risiko, khususnya di Indonesia. Salah satu risiko utamanya adalah penyebaran misinformasi atau misinformasi. Karena GPT Chat belajar dari data yang diberikan, model tersebut mungkin menghasilkan jawaban yang tampak valid namun sebenarnya salah atau bias. Hal ini berpotensi berbahaya, terutama ketika menyebarkan informasi atau berita kesehatan. Ketidakakuratan ini telah menjadi masalah yang sangat serius (Hicks et al, 2024 dan Derner et al, 2024).

Selain itu, risiko penyalahgunaan teknologi AI untuk tindakan curang atau manipulatif juga menjadi perhatian serius (Bdoor dan Habes, 2024 dan Alawida et al, 2024). Penipuan digital sedang meningkat seiring dengan penggunaan teknologi canggih seperti chatbots. Jika dibiarkan, obrolan GPT dapat digunakan untuk membuat skenario palsu yang sulit dideteksi. Feurigel et al (2024) dan Cheng dan Wu (2024) menganalisis potensi risiko substitusi pekerjaan di beberapa sektor, terutama di kalangan pekerja berketerampilan rendah. Ikuti standarnya

Untuk mengatasi risiko dan memaksimalkan manfaat Chat GPT, diperlukan intervensi kebijakan aktif dari pemerintah. Pertama, aturan yang jelas mengenai etika penggunaan AI sangat penting untuk menghindari penyalahgunaan teknologi.

Pemerintah perlu memastikan bahwa perusahaan yang menggunakan AI, seperti Chat GPT, mematuhi standar transparansi dan akuntabilitas, terutama dalam hal pengelolaan data dan privasi. Selain itu, mengembangkan kerangka hukum yang mendukung perlindungan pekerja terhadap dampak otomatisasi juga menjadi prioritas. Misalnya, mereka harus memfasilitasi program pelatihan ulang atau penguatan untuk membantu pekerja beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan oleh AI.

Pemerintah Indonesia juga perlu mendorong kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam penelitian dan pengembangan AI, sehingga inovasi yang muncul dapat lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perekonomian lokal.

GPT Chat menghadirkan berbagai peluang dan tantangan yang perlu disikapi secara cerdas baik dari sudut pandang ekonomi, bisnis, sosial, dan regulasi. Di satu sisi, teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi, memperluas akses informasi dan mendorong inovasi.

Namun di sisi lain, misinformasi, penipuan, dan dampak terhadap pekerjaan tidak bisa diabaikan. Dengan kebijakan yang tepat, seperti peraturan etika AI dan program pelatihan pekerja, Indonesia dapat memanfaatkan teknologi ini secara maksimal tanpa mengorbankan keselamatan atau kesejahteraan masyarakat.

Pada akhirnya, keberhasilan Chat GPT terletak pada keseimbangan antara inovasi teknologi dan tanggung jawab sosial.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *