Bisnis.com, Jakarta – Sejauh ini, pasar calon Menteri Pekerjaan Umum (PU) tidak terbatas pada satu nama saja. Para pengamat khawatir posisi ini didominasi oleh politisi.

Pasalnya, tidak ada staf teknis Kementerian PUPR yang mengunjungi kediaman Prabhu Subianto di Kertanigra, Jakarta Selatan pada hari pertama (14/10/2024). Juga tidak ada orang dalam Kementerian PUPR yang hadir dalam pengarahan mogok kerja para menteri Habling hari pertama.

Tokoh Direktur Jenderal (Dirjan) Septa Karya (CK) Diana Kusumasthuti menjadi satu-satunya anggota internal Kementerian PUPR yang terlihat dalam rapat Calon Wakil Menteri (Vamin) di Kirtanigra pada 15 Oktober 2024.

Namun Menteri PUPR Basuki Hadimuljon mengisyaratkan Menteri PUPR selanjutnya adalah laki-laki. Sehingga mempertegas kemungkinan Diana tidak akan memimpin Kementerian Pekerjaan Umum sebagai orang nomor satu.

“Saya yakin Menteri PUPR [nantinya] kenal dengan Sedlakum. Latar belakangnya sebagai pekerja lapangan,” kata Basuki, Jumat (18/9/2024) saat ditemui di ruang kerjanya.

Menanggapi hal tersebut, Pengawas Tata Kota dan Infrastruktur Triskti Niravano Joga menilai Diana yang menjabat Dirjen CK Kementerian PUPR sejak 2020 hanya menjabat sebagai Wakil Menteri Pekerjaan Umum. .

Jika hal ini benar-benar terwujud, Nirwana akan menyesalinya. Pasalnya, Kementerian PUPR sebagai kementerian teknis harusnya langsung dilaksanakan oleh para ahli di bidangnya.

“Iya [Diana] Wakil Menteri, tentu. Kalau politisi, saya khawatir banget soal itu,” ujarnya, Jumat (18/10/2024). Siapa pun presidennya, harus putuskan kementerian mana yang harus bebas dari politisi.

Ia memperkirakan, setidaknya ada tiga poin besar yang akan menghambat berfungsinya Kementerian PUPR ke depan jika tidak dipimpin oleh teknisi atau tenaga ahli. Pertama, menteri yang dilantik akan kesulitan berintegrasi dengan internal partai karena adanya transisi budaya. 

Kedua, meski Diana akan menjabat sebagai wakil menteri, namun posisinya dinilai belum cukup berkuasa untuk mengambil keputusan dan arahan. Pekerjaan ini juga disebut-sebut akan menghambat kerja Kementerian Pekerjaan Umum ke depan.

Ketiga, dia khawatir pengesahan anggaran tidak akan efektif jika Kementerian Pekerjaan Umum benar-benar dijalankan oleh politisi. 

“Karena tren politik dan internal itu berbeda. Kalau dana internal diberikan, mereka bisa berpikir untuk menggunakannya sehingga pelayanannya bisa berupa visi. Ditambahkannya: “Itu tanggung jawab di sana, mereka tidak bisa berbohong.

Meski demikian, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPNAS) periode Oktober 2014-Agustus 2015 Andrinov A. Chaniago menilai pemerintahan baru akan sulit menggantikan Menteri Basuki Hadimuljoon.

Oleh karena itu, dia menilai sosok Basuki patut dijadikan acuan bagi menteri berikutnya untuk memimpin Kementerian Pekerjaan Umum di masa depan.

“Sebagai Menteri PUPR, sulit mencari orang seperti Pak Basuki. Namun karakter Pak Basuki patut dijadikan acuan saat memilih Menteri PUPR besok,” ujarnya.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *