Pertumbuhan Investasi Melambat, Target Rp1.650 Triliun Jokowi Bisa Tercapai?

Bisnis.com, Jakarta – Laju pertumbuhan investasi Indonesia pada triwulan III tahun 2024 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year penurunan/tahun). Lantas, apakah target investasi Presiden Jokowi sebesar 1,650 triliun rupiah bisa tercapai pada akhir tahun 2024?

Kementerian Penanaman Modal/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat jumlah realisasi investasi pada triwulan III 2024 mencapai Rp 431,48 triliun, meningkat 15,24% secara tahunan.

Sebagai perbandingan, jumlah realisasi investasi pada triwulan III 2023 mencapai Rp374,4 triliun, meningkat 21,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Artinya, pertumbuhan tahun lalu lebih tinggi dibandingkan tahun ini.

Sementara jumlah investasi yang direalisasikan pada Januari hingga September 2024 mencapai Rp 1.261,43 triliun. Angka tersebut setara dengan 76,45% dari target Jokowi sebesar 1.650,0 triliun rupiah.

Meski harus menambah investasi lagi sekitar 390 miliar rupiah dalam waktu tiga bulan, Yusuf Rendy Manilet, ekonom Pusat Reformasi Perekonomian Indonesia (Core), menilai BKPM masih bisa mencapai tujuan tersebut.

Dia menjelaskan, meski realisasi investasi tahun ini mengalami penurunan, namun tetap tumbuh. Selain itu, ia juga menyampaikan situasi realisasi investasi berbagai industri cukup konsisten dan tidak banyak perubahan.

Oleh karena itu, saya kira investasi antara Rp 1.600 triliun hingga Rp 1.650 triliun mungkin bisa terealisasi pada akhir tahun 2024, berada dalam kisaran target pemerintah, ”kata Yusuf kepada Bisnis, dikutip Rabu (16/10/2024). ).

Ia sendiri meyakini penurunan laju pertumbuhan investasi pada kuartal III 2024 disebabkan masih lesunya kondisi perekonomian dunia, khususnya negara mitra utama Indonesia. Dia mencontohkan China yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama produk hilir nikel.

Di satu sisi, industri hilir merupakan kontributor utama realisasi investasi. Di sisi lain, perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menyebabkan penurunan ekspor produk hilir nikel.

Tanpa kondisi ini, investor tentu akan melakukan penyesuaian dan menyuntikkan dana investasi pada kegiatan sterilisasi nikel. Kegiatan sterilisasi nikel merupakan produk hulu dari produk hilir nikel, jelas Yusuf.

Senada, Tauhid Ahmad, Ekonom Senior Institute of Economic and Financial Development (Indef), menilai investasi Jokowi mencapai target Rp 1.650 triliun meski terjadi penurunan pada kuartal III 2024. Shields juga bisa dilaksanakan.

Tauhid menjelaskan, BKPM hanya perlu konsisten pada prioritasnya, terutama dalam hal investasi di industri hilir. Kalaupun tidak mencapai Rp 1.650 triliun, dia memperkirakan realisasi investasi pada akhir tahun 2024 akan berada pada kisaran tersebut.

Tauhid kepada Bisnis, Rabu (16 Oktober 2024), “Masih ada peluang. Meski sedikit berkurang, tapi kalau sejalan dengan kebijakan yang diterapkan BKPM, mungkin bisa tercapai.”

Sementara itu, dia menjelaskan, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan penurunan pertumbuhan investasi pada triwulan III 2024. Pertama, investasi hilir menurun.

“Tahun lalu (hilir) pertumbuhannya besar sekali di berbagai komoditas, terutama nikel, tembaga, bauksit, timah, pembangunan pengecoran, jadi orang yang masuk duluan. Jadi setelah itu saya kira akan ada sedikit pengurangan proses pengecoran. pengecoran ini,” jelas Tauhid.

Kedua, perekonomian global yang masih lesu. Lebih lanjut, lanjutnya, jika perekonomian mitra dagang utama Indonesia tidak membaik maka mereka tidak akan bersedia melakukan penanaman modal.

Ketiga, industri primer dalam negeri seperti pertambangan dan pertanian juga relatif lesu. Ia mengatakan menurunnya permintaan pasar juga berdampak pada terganggunya industri-industri besar tersebut.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *