Antisipasi Kabinet Gemuk Prabowo, Sri Mulyani Pelajari Kebutuhan Anggaran

Bisnis.com, Jakarta – Menteri Keuangan (MENK) Sri Mulyani mengaku sedang menilai atau menghitung kemampuan keuangan negara agar memiliki anggaran yang sehat untuk mengantisipasi kabinet menguntungkan Prabowo-Gibran.

Nanti kita pelajari, katanya kepada wartawan usai makan siang bersama Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jumat (18 Oktober 2024).

Di sisi lain, peneliti Selio Gelau D. Mohammed mengatakan, alokasi jabatan menteri dan wakil menteri pada masa kepemimpinan Prabow Subianto telah menimbulkan pemborosan APBN yang sangat besar.

Bagaimana tidak, semakin banyak kementerian, menteri, dan wakil menteri, maka anggaran untuk gaji, fasilitas kantor, dan pensiun bagi para pejabat tersebut akan semakin meningkat.

“Penunjukan wakil menteri tambahan berarti peningkatan belanja negara, gaji staf pendukung, pembelian mobil dinas, utilitas pada hari Kamis, ruang kantor dan pembayaran pensiun menteri dan wakil menteri,” katanya. (17 Oktober 2024)

Penciptaan ketergantungan baru ini semakin memperburuk kerentanan keuangan negara karena pembayaran utang terus menurun dan efisiensi pengumpulan pajak berada di bawah target.   

Misalnya, utang pemerintah pusat tahun depan sebesar Rp 800,33 triliun, belum termasuk kewajiban pembayaran bunga lebih dari Rp 500 triliun.

Menurut Pusat Penelitian Ekonomi dan Hukum (Celios), APBN berpotensi meningkat hingga Rp1,95 triliun, di luar beban belanja fasilitas perkantoran/pembangunan lembaga baru.

“Analisis Selios menunjukkan adanya ruang pertumbuhan anggaran hingga Rp 1,95 triliun selama lima tahun ke depan karena sinergi yang baik,” kata Gallau. 

Merujuk perhitungan yang dilakukan Celios, kenaikan tersebut diketahui menambah anggaran menteri dan wakil menteri sebesar 389,4 miliar dolar per tahun. 

Selios memperkirakan bahwa gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada para menteri adalah $150 juta per bulan, dan $100 juta per bulan kepada para deputi mereka. Sementara itu, anggaran operasional per orang diasumsikan sebesar $500 juta yang mencakup biaya perjalanan dinas dan staf.

Jika melihat pemerintahan Jokowi dan Maaruf Amin, terdapat 34 menteri dan 17 wakil menteri, artinya perkiraan gaji bendahara pemerintah untuk para pejabat tersebut adalah Rp 387,6 ​​miliar per tahun. 

Sementara itu, dengan 49 menteri dan 59 wakil menteri di kabinet Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, APBN menghabiskan dana hingga $777 miliar setiap tahunnya.

Artinya, ada pertumbuhan anggaran sebesar Rp389,4 miliar/tahun dari alokasi gaji pada masa Jokowi hingga masa Prabowo. Dalam 5 tahun ke depan, Rp 389,4 miliar x 5 = Rp 1,947 miliar atau Rp 1,95 triliun harus dialokasikan ke kas negara.

Celios menegaskan, perkiraan tersebut merupakan perhitungan sederhana anggaran untuk posisi tersebut, belum termasuk biaya pembangunan fasilitas konstruksi baru.

Angka yang lebih akurat dapat dihitung secara lebih rinci setelah kementerian baru terbentuk, namun angka ini setidaknya menunjukkan peningkatan anggaran yang kemungkinan besar akan ditanggung APBN.

Mengingat peningkatan tersebut, maka pemberdayaan pemerintah dan reformasi birokrasi (dari Menpan-RB) senilai 360 miliar birr setara dengan anggaran tahun 2025.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan The Watch Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *