Bisnis.com, JAKARTA – PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) telah mengucurkan Rp 1,82 triliun untuk membayar royalti kepada induk perusahaan hingga kuartal III 2024.
Unilever memiliki 40 merek global yang dipasarkan di Indonesia, mulai dari Ponds, Molto, hingga Pepsodent. Hingga saat ini, besaran royalti yang dibayarkan perseroan kepada induk perusahaan, khususnya Unilever PLC, sebesar 5% dari total penjualan kepada pihak ketiga.
Mengutip laporan keuangan per akhir September 2024, Unilever mengumumkan pembayaran biaya layanan dan royalti sebesar Rp 1,82 triliun, turun 20,72% dibandingkan Q3 2023, modal disetor Rp 2,3 miliar.
Chief Financial Officer Unilever Indonesia Vivek Agarwal menjelaskan, biaya tersebut sebenarnya lebih rendah dibandingkan biaya sebenarnya yang dikeluarkan perusahaan karena basis penagihan perusahaan lebih tinggi pada tahun 2023.
“Sebenarnya biaya sebenarnya lebih rendah dari itu, jadi alokasi biaya [royalti] kami juga lebih rendah,” ujarnya saat jumpa pers, Rabu (23 Oktober 2024).
Pada tahun 2023, Unilever Indonesia mencatatkan royalti terkait merek, perjanjian teknologi, dan layanan teknologi bisnis (ETS) sebesar Rp3,03 triliun, naik dari pembayaran tahun 2022 sebesar Rp2,59 miliar triliun.
Sebelumnya, Chief Operating Officer Bidang Integrasi Unilever Indonesia, Enny Hartati Sampurno menjelaskan, pembayaran royalti tersebut dilakukan karena sebagian besar produk perseroan merupakan merek global dengan teknologi milik Unilever Group.
“Memang benar kami membayar perusahaan induknya, Unilever Global, sebesar 3% untuk merek dan 2% untuk teknologi. Mengapa? “Karena hampir 85% brand kita adalah brand global,” tutupnya.
Unilever Indonesia terakhir kali memperbarui lisensi merek, lisensi teknologi, dan perjanjian layanan terpusat dengan perusahaan induknya, Unilever PLC, pada tanggal 11 Desember 2012, efektif mulai tanggal 1 Januari 2013. .
Untuk perjanjian lisensi merek, nilai royalti secara bertahap disesuaikan menjadi 3% sejak tahun 2015. Royalti dihitung berdasarkan total nilai penjualan tahunan kepada pihak ketiga, tidak termasuk penjualan penjualan produk bermerek milik Unilever Indonesia.
Sedangkan untuk lisensi teknologi, nilai royaltinya ditetapkan sebesar 2% mulai tahun 2015 dan dihitung berdasarkan total nilai tahunan kepada pihak ketiga atas produk yang kompatibel dengan teknologi yang dilisensikan oleh Unilever Indonesia.
Selama periode Januari hingga September 2024, Unilever Indonesia mencatatkan laba sebesar Rp3 triliun atau turun 28,15% year-on-year. EBITDA juga turun 25,70% menjadi Rp 4,58 triliun di akhir September.
Penurunan laba tersebut seiring dengan kinerja penjualan bersih yang terkoreksi 10,12% year-on-year (y-o-y) atau Rp30,5 triliun menjadi Rp27,41 triliun miliar.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel