Beda Arah Saham AMMN & MDKA Selepas Wacana Relaksasi Ekspor Konsentrat Tembaga

Bisnis.com, Jakarta – Saham dua perusahaan tambang tembaga, PT Oman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) bergerak tersendiri menanggapi rencana pemerintah memperpanjang izin ekspor tembaga. 

Seperti diberitakan Menteri Perdagangan, Energi, dan Mineral Bahlil Lahdali, pihaknya berencana memperpanjang izin ekspor tembaga yang seharusnya ditutup pada akhir tahun ini. Bahlil membuka opsi perpanjangan izin ekspor selama satu bulan hingga dua bulan pada paruh pertama tahun 2025 dengan pertimbangan kilang dalam negeri tidak bisa beroperasi dengan kapasitas penuh. 

Di pasar saham, opini tersebut juga mempengaruhi pergerakan saham dua perusahaan eksportir mineral tembaga, yakni PT Oman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (Madagaskar).

Pada perdagangan sesi I Selasa (22/10/2024) hingga pukul 11.20 WIB, saham AMMN ambles 200 poin atau 2,05% ke level Rp 9.550 per saham. Namun pada tahun 2024 ini, saham perusahaan patungan antara keluarga Panigoro dan Slim Group ini naik 45,8%. 

Sebaliknya, saham MDKA menguat 20 poin atau 0,78% ke Rp 2.580 per saham. MDKA mengalami penurunan sebesar 4,44% per tahun.

Kegiatan AMMN dan MDKA

Dari sisi operasional, MDKA sedang menyelesaikan studi kelayakan bank untuk proyek pertambangan bawah tanah, Koper Tujuh Bukit, Banyuwangi, Jawa Timur. 

“Merdeka [MDKA] saat ini sedang mempersiapkan studi kelayakan bank dan perbaikan sistem penambangan dan manajemen, termasuk analisis mineral untuk meningkatkan perolehan mineral,” kata Tom Malek, Direktur Komunikasi Bisnis GM MDKA saat dihubungi, Jumat. (18/10). /2024). 

Selain itu, kata Tom, perusahaannya juga menawarkan prosedur perizinan seperti Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL untuk penambangan bawah tanah.

MDKA melalui anak usahanya PT BUMI Suksesindo (BSI) menargetkan peluang pengoperasian tambang tembaga bawah tanah atau (underground project) pada tahun 2027. Proyek ini akan dilanjutkan dengan penambangan pit yang diharapkan selesai pada tahun 2026. . 

Sebelumnya, Ketua Dewan Direksi Oman Metals Company, Nusa Tenggara Rashmat Makasu menyatakan, pabrik peleburan di Sumbawa Barat akan mulai beroperasi pada Januari 2025. 

Untuk periode pertama hingga Desember 2024, smelter ini belum mencapai kapasitas produksi penuh sebesar 900 ribu ton per tahun. 

“Sebentar lagi kita akan mencapai produksi penuh,” kata Rahmat saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, Rabu (10/7/2024). 

Dijelaskannya, mesin ini akan menghasilkan 900.000 ton per tahun, dengan produksi katoda 220.000 ton per tahun dan asam sulfat 830.000 ton per tahun.

“Kita penyesuaian. Jadi pabrik Desember nanti mungkin tidak mencapai 900.000 ton per tahun. Kapasitas penuh Januari 2025,” kata Rahmat. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *