Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak terlihat menguat pada Jumat (25/10/2024) dan berpotensi mencatatkan kenaikan mingguan lebih dari 1% akibat ketegangan di kawasan Timur Tengah dan berlanjutnya perundingan gencatan senjata di Gaza. di Palestina dalam beberapa hari, yang terus membuat para pedagang gelisah.
Minyak mentah berjangka Brent naik 0,6%, atau 45 sen, menjadi $74,83 per barel, menurut Reuters. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada pada $70,62 per barel, juga naik 0,6%, atau 43 sen.
“Kami tetap percaya bahwa harga minyak mentah yang sesuai saat ini adalah sekitar $70 di atas harga saat ini, sambil menunggu faktor harga baru, termasuk hasil pertemuan Komite Tetap NPC di Tiongkok, serta tanggapan Israel terhadap serangan rudal Iran. 1 Oktober,” kata analis pasar IG Tony Sycamore dalam sebuah catatan, mengutip harga WTI.
Kedua minyak acuan tersebut turun 58 sen per barel pada sesi sebelumnya setelah harga berfluktuasi di tengah ekspektasi kenaikan atau penurunan ketegangan di Timur Tengah.
Pelaku pasar mengharapkan tanggapan Israel terhadap serangan rudal Iran pada tanggal 1 Oktober, yang dapat mencakup menargetkan infrastruktur minyak Teheran dan memutus pasokan – meskipun laporan mengatakan Israel akan menyerang sasaran militer Iran, bukan infrastruktur nuklir atau minyak.
Para pejabat AS dan Israel akan melanjutkan pembicaraan mengenai gencatan senjata dan pembebasan sandera di Palestina dalam beberapa hari mendatang. Upaya-upaya sebelumnya untuk mencapai kesepakatan telah gagal.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada hari Kamis bahwa AS tidak ingin kampanye Israel di Lebanon berkepanjangan, sementara Prancis menyerukan gencatan senjata dan fokus pada diplomasi.
Perundingan gencatan senjata hanya berdampak kecil terhadap harga minyak, kata Sycamore, seraya menambahkan bahwa perhatian lebih terfokus pada konflik di Lebanon dan kemungkinan tanggapan Israel terhadap Iran.
Investor juga mencari kejelasan mengenai kebijakan stimulus Beijing, meskipun para analis memperkirakan langkah-langkah tersebut tidak akan meningkatkan permintaan minyak secara signifikan dari Tiongkok, konsumen minyak terbesar kedua di dunia.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel