Bisnis.com, Jakarta – Saham emiten PT Summarecon Agung Tbk. SMRA (SMRA) masuk dalam kelompok indeks tersohor LQ45 periode 1 November 2024 hingga 31 Januari 2025 berdasarkan hasil pemeriksaan Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Oktober 2024.
Di bursa, saham SMRA diharga Rp 620 per saham hingga Jumat (25 Oktober 2024). Saham SMRA menguat 13,76% dalam 3 bulan dan 22,77% dalam 6 bulan.
Harga tersebut mewakili rasio harga terhadap pendapatan (PER) sebesar 6,78 kali dan rasio harga terhadap buku (PBV) sebesar 0,98 kali. Sementara kapitalisasi pasar pengembang properti Summarecon mencapai Rp 10,24 triliun.
Catatan Bisnis, operasional SMRA di bursa juga terkendala rumor akan segera melakukan penawaran umum perdana (IPO) anak perusahaan Summarecon, PT Summarecon Investment Property (SMIP). Dalam laporan keuangan perseroan akhir Juni tahun lalu, biaya IPO anak usaha tersebut sebesar Rp 11,13 miliar.
SMRA juga baru saja menyelesaikan transaksi non tunai (inbreng) senilai Rp 8 triliun dengan SMIP. Rinciannya, tanah dan bangunan senilai Rp7,68 triliun, mesin dan peralatan senilai Rp219,17 miliar, serta aset lainnya diperkirakan senilai Rp96,02 miliar.
Tim riset Stockbit mengatakan penjualan Summarecon Mal Kelapa Gading kepada SMIP merupakan bagian dari restrukturisasi untuk mempersiapkan unit tersebut agar bisa listing di bursa.
“Faktor ini, ditambah dengan penurunan suku bunga dari Federal Reserve dan Bank Indonesia, membuat kami yakin bahwa SMRA akan segera melakukan IPO untuk SMIP dan berpotensi membuka nilai perusahaan,” tulis Stockbit.
Analis CGS International, Baruna Arkasatyo, menyatakan hal serupa. Menurut dia, pengalihan aset SMRA meningkatkan indeks IPO karena SMIP kini memiliki seluruh aset perusahaan dan memiliki pendapatan berkelanjutan.
Pentingnya, SMRA baru-baru ini melaporkan telah meningkatkan investasi di anak usahanya PT Summarecon Property Development (SMPD) menjadi Rp 485,57 miliar.
Penambahan modal tersebut setara dengan 485.570.000 lembar saham yang diterbitkan melalui penerbitan saham portepel, sehingga modal ditempatkan dan modal disetor perseroan ke SMPD menjadi Rp5,05 triliun, naik dari sebelumnya Rp4,56 triliun.
Sekretaris Bisnis SMRA Lydia Tjio dalam siaran persnya, Kamis (10 Oktober 2024), menulis: “Selain menambah belanja dan biaya, SMPD akan menambah modal dasar dari Rp6 triliun menjadi Rp7 triliun.”
Dengan tambahan pendanaan ini, SMRA memiliki 5,05 miliar saham di SMPD, naik dari sebelumnya 4,56 miliar saham. Sisanya 1 saham dipegang oleh PT Bahagia Makmursejati.
Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, pengembang real estate SMRA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 753,68 miliar pada kuartal I 2024, meningkat secara year-on-year sebesar 70,50%.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir Juni 2024, pertumbuhan laba bersih perseroan ditopang oleh kinerja pendapatan yang mencapai 5,67 triliun rupiah atau meningkat secara year-on-year sebesar 89,56%.
Pertumbuhan pendapatan ini antara lain disebabkan oleh penjualan real estate ke perusahaan asing yang penjualannya mencapai Rp3,5 triliun, meningkat 191,16% dibandingkan laba tahun lalu sebesar Rp1,2 triliun. Sementara itu, pendapatan segmen retail dan ritel mencapai Rp959,58 miliar atau meningkat 24,55%.
Dengan peningkatan pendapatan tersebut, beban pokok penjualan dan beban langsung SMRA juga meningkat sebesar 88,39% year-on-year menjadi 2,69 triliun rupiah. Laba bersih perusahaan mencapai 2,97 triliun rupiah, meningkat 90,64% dibandingkan tahun lalu.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel