10 Tahun Jokowi: Berjibaku Membendung Air untuk Irigasi Petani

Business.com, Jakarta – Setianto, 37, seorang petani di Jawa Tengah, benar-benar kesulitan mencari air untuk menunjang aktivitas bertaninya. Air adalah sumber daya terpenting bagi kehidupan Namun, privatisasi sumber daya air yang meluas menimbulkan tantangan bagi pembangunan infrastruktur primer dan sekunder bagi petani.

Di masa lalu, sangat sulit bagi petani untuk mengakses air sebelum adanya proyek restorasi irigasi termasuk bendungan dan waduk. Terutama bagi daerah yang bergantung pada sawah tadah hujan atau daerah yang jauh dari mata air. Sejak proyek revitalisasi sistem irigasi besar-besaran yang dilancarkan pemerintahan Jokowi, para petani mengharapkan adanya pasokan air yang pada akhirnya dapat mendongkrak produksi pertanian.

Menurut dia, keberadaan waduk Setianto, bendungan atau sistem irigasi pertanian yang lebih maju menjamin pasokan air tetap terjaga setiap kali musim tanam tiba. “Sampai saat ini, infrastruktur primer dan sekunder kami terkendala oleh kelangkaan air,” katanya kepada Business.

Di Jawa Tengah, pemerintah setidaknya mempercepat pembangunan proyek Bendungan Jarang di Kabupaten Semarang dan Bendungan Benner di Purvorjo. Kedua bendungan tersebut akan berperan penting, tidak hanya dalam pengendalian banjir, tetapi juga menjamin pasokan air ke sawah atau lumbung padi produktif di kedua wilayah tersebut.

Diharapkan dengan dibangunnya bendungan baru ini akan memudahkan akses air setidaknya di musim kemarau, kata Bisnis, warga Centralava, baru-baru ini.  

Selama 10 tahun terakhir, pembangunan infrastruktur di sektor pertanian menjadi fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi giat membangun bendungan, menyediakan waduk bagi masyarakat pegunungan, dan memulihkan atau membangun saluran irigasi besar untuk membantu petani memenuhi kebutuhan air.

Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menunjukkan pemerintahan Presiden Jokowi telah membangun 42 bendungan atau sekitar 68,8% dari target 61 bendungan antara tahun 2015 hingga 2024. Selusin proyek bendungan tersebut mampu menyerap 2,7 miliar meter kubik air dan mengairi 285.303 hektare.

Selain sektor pertanian, multiplier effect kehadiran bendungan di era Jokowi juga terlihat pada sektor energi dan pengendalian banjir. Kehadiran 42 bendungan, jika mengacu pada data PUPR, mampu meredam banjir sebesar 8.895 meter kubik air per detik dan menghasilkan listrik sebesar 153 megawatt (MW).

Jumlah ini kemungkinan akan bertambah karena ada beberapa proyek bendungan yang sudah dibuka atau hampir selesai. Angka terkini dari pengumuman Presiden Jokowi menunjukkan jumlah bendungan yang dibangun telah mencapai 44 bendungan atau 72% dari target.

Di akhir masa jabatan Presiden Jokowi, pembangunan 61 bendungan diperkirakan setidaknya akan meningkatkan indeks panen dari 143% menjadi 200% dan meningkatkan pelayanan air irigasi dari 10,6% atau 761.000 hektar menjadi 19,3% atau sekitar 1,4 juta hektar, yang diairi pada tahun 2017. 2015. . Sawah pada tahun 2024

Sementara itu, Presiden Jokowi kerap berkeliling Indonesia hanya untuk meresmikan atau memastikan proyek bendungan berjalan sesuai rencana. Misalnya saja pada 29 Agustus 2024, Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Luvikaris di Jawa Barat. Bendungan seluas 243 hektare yang terletak di antara Tasikmalaya dan Kabupaten Siam ini mampu menampung 81 juta meter kubik air.

Menariknya, Jokowi tak hanya fokus pada air di Pulau Jawa. Dalam 10 tahun terakhir, Jokowi membangun jembatan baru di luar Pulau Jawa. Pembagian proyek pembangunan yang adil sejalan dengan kebijakan pemerintahan Jokowi yang berupaya membangun dari pinggiran Indonesia. Bukan Javasentris, tapi Indonesia sentris

Data Sistem Informasi Bendungan dan Waduk Kementerian PUPR menunjukkan antara tahun 2014 hingga 2024, Pulau Sumatera memiliki air sebanyak 852,13 juta meter kubik, Kalimantan 172 juta meter kubik, Sulawesi 1,4 miliar meter kubik, dan Maluku 50 juta meter kubik. meter kubik, dan Bali nusa Tenggara alias Balinustra 312,4 juta meter kubik air.

Khusus di Kalimantan, khususnya Kalimantan Timur, Jokowi meresmikan proyek Bendungan Sepaku Semoi Penajam Utara di Pasar. Keberadaan bendungan tidak lepas dari Mega Proyek Ibu Kota Negara atau IKN Nusantara. Bendungan Sepaku Semoi akan menyuplai air baku hingga 2.500 liter per detik ke IKN pada tahun 2030, yang berarti 2.000 liter per detik air baku untuk IKN dan 500 liter per detik untuk Kota Balikpapan.

Pada saat yang sama, Jokowi mengutarakan alasan mengapa 10 tahun terakhir sulit sekali membangun bendungan tersebut. Ia menegaskan, bendungan tersebut melambangkan kehadiran pemerintah dalam memenuhi kebutuhan air seluruh lapisan masyarakat. “Air adalah sumber kehidupan lagi. Jadi harus dikelola dengan baik untuk kemaslahatan rakyat, untuk kemaslahatan masyarakat, untuk kemaslahatan para petani. “

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *