Bisnis.com, JAKARTA – Gunung Fuji kemungkinan akan bebas salju hingga akhir Oktober. Ini merupakan kejadian langka, karena Gunung Fuji seharusnya tertutup salju sejak awal Oktober, seperti tahun sebelumnya.
Laporan dari Japan Today, Rabu (30/10/2024), fenomena tersebut merupakan rekor pertama Gunung Fuji bebas salju dalam 130 tahun terakhir. Gunung Fuji biasanya tertutup salju pada tanggal 2 atau 5 Oktober.
Yutaka Katsuta, peramal cuaca di Biro Meteorologi Lokal Kofu, mengaitkan kurangnya salju di puncak gunung tertinggi di Jepang dengan cuaca panas.
“Suhu sangat tinggi pada musim panas ini, dan cuaca berlanjut hingga September sehingga menghalangi udara dingin yang membawa salju,” jelas Katsuta, seperti dikutip Rabu (30/10/2024).
Fenomena ini pertama kali terjadi sejak terakhir kali terjadi pada tahun 1894, serta pada tahun 1955 dan 2016, saat turun salju hingga tanggal 26 Oktober.
Katsuta sependapat bahwa kurangnya salju di puncak Gunung Fuji juga berperan dalam masalah perubahan iklim.
Musim panas tahun ini merupakan musim panas terpanas di Jepang. Tingkat panasnya sama seperti pada musim panas tahun 2023. Hal ini diyakini disebabkan oleh gelombang panas ekstrem akibat perubahan iklim yang melanda seluruh negara di dunia.
Rata-rata suhu panas di Jepang pada bulan Juni hingga Agustus tahun ini lebih tinggi 1,76 derajat Celcius dibandingkan tahun lalu. Suhu ini bahkan melampaui musim terpanas di Jepang pada tahun 2010, ketika suhu rata-rata melebihi 1,08 derajat Celcius. Suhu mencapai 40 derajat bahkan 41 derajat tercatat di berbagai wilayah Jepang.
Cuaca panas juga membuat banyak orang di Jepang jatuh sakit. Tercatat hampir 74 ribu orang dilarikan ke rumah sakit selama musim panas akibat serangan panas.
Gunung Fuji biasanya tertutup salju hampir sepanjang tahun, namun selama musim pendakian pada bulan Juli-September, lebih dari 220.000 pengunjung mendaki lereng gunung yang curam dan berbatu.
Jumlah pendaki Gunung Fuji juga mengalami penurunan tahun ini setelah pemerintah Jepang memberlakukan biaya masuk dan membatasi jumlah pendaki per hari untuk mengatasi meluapnya wisatawan. (Jesslyn Samantha Rumiris Lumbantobing)
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel