Bisnis.com, Banda Aceh – Pangsa pasar bank syariah di Provinsi Aceh sebenarnya masih kecil, meski mendominasi pasar perbankan di wilayah tersebut. Aset perbankan syariah di Provinsi Aceh hanya menyumbang 6,7% dari aset perbankan syariah nasional.
Direktur Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK Diyan Ediana Rae menjelaskan, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain isu literasi dan edukasi keuangan syariah yang perlu digalakkan, atau faktor yang menurutnya masih kurang di sisi perbankan. Dalam hal promosi merek.
“Atau yang jadi pertanyaan, mungkin perekonomian Aceh belum pulih 100% pasca Covid, [Aceh’s economic growth] masih berkisar 4,7%. Jadi masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional pada Konferensi Tahunan Bank Syariah 2024 yang digelar di Banda Aceh Kamis (25 Oktober 2024).
Tak hanya itu, Dian juga menyoroti pertumbuhan perbankan syariah di Aceh yang masih di bawah rata-rata nasional sebesar 12%. Untuk itu, kata dia, diperlukan upaya bersama untuk meningkatkan pangsa bank syariah di provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam tersebut.
“Kita ingin membangun ekosistem ekonomi syariah yang benar-benar bisa mewujudkan hal tersebut. Kita perlu lebih mendorong lagi kegiatan ekonomi syariah,” tegasnya.
Diane menjelaskan perekonomian daerah tidak terlepas dari industri jasa keuangan, khususnya peran industri perbankan yang menjadi pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan saluran pembiayaan untuk investasi dan pengembangan usaha.
Ia mengatakan industri perbankan syariah telah menunjukkan ketahanan yang besar dalam menghadapi tantangan perekonomian seperti pandemi Covid-19. Hal ini dibuktikan dengan pangsa bank syariah nasional mencapai 7,33% dan aset meningkat 10,37% hingga mencapai Rp 902,39 triliun pada Agustus 2024.
“Tapi angka ini belum mencerminkan potensi yang besar. Kalau melihat pertumbuhan bank syariah, pangsanya masih berkisar 7,33%, yang menurut saya kecil, Indonesia punya 280 juta [penduduk] dan 250 juta di antaranya beragama Islam. ” kata Ann.
Sementara itu, Kepala OJK Sumut Khoirul Mutakien mengatakan pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan II tahun 2024 didorong oleh pertumbuhan industri jasa keuangan yang tumbuh sebesar 52%.
Dijelaskannya, ekosistem jasa keuangan di Aceh telah diperkuat dengan 8 bank umum syariah, 5 Unit Usaha Syariah (UUS), 12 Bank Ekonomi Umum Syariah (BPRS), 1 dalam proses perizinan dan konversi BPR. BPR Syariah dan 1.295 jaringan pipa ATM dan Cash Processing Machine (RCM) tersebar di seluruh Provinsi Aceh.
Sementara itu, hingga Agustus 2024, total aset perbankan Aceh meningkat 2,11% year-to-date menjadi Rp59,49 triliun, serta dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan juga tumbuh 6,44% hingga mencapai Rp44,8 triliun. 6 triliun. 8,61% Rp 41,89 triliun.
“Porsi aset perbankan syariah secara nasional di Aceh sekitar 6,7%. Kalau total nasional sekitar Rp 880 triliun, maka provinsi Aceh sekitar Rp 58 triliun.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel