Bisnis.com, JAKARTA – Para ekonom menilai keanggotaan Indonesia dalam BRICS tidak hanya akan memperkuat Indonesia sebagai negara non-blok, tetapi juga akan memperluas dan membuka pintu investasi dari negara lain, yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan menghasilkan uang
Ekonom sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Fithra Faysal Hastiadi menilai langkah pemerintah bergabung dengan berbagai organisasi internasional merupakan salah satu langkah memenuhi kebutuhan investasi.
Menurut perhitungannya, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen, Indonesia perlu berinvestasi sekitar Rp 10 triliun di sektor infrastruktur. Sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya mampu menampung sekitar Rp 500 triliun.
“Dalam lima tahun ke depan, dibutuhkan setidaknya Rp10 triliun, APBN Rp500 triliun, non-APBN Rp9,5 triliun dari negara lain, termasuk negara yang tergabung dalam BRICS,” ujarnya, Senin (28/10/ 2018). 10/2024).
Hasilnya, keanggotaan Indonesia dalam organisasi tersebut sepakat menerima “dolar dumping” sehingga menambah ruang pendanaan bagi pembangunan Indonesia di masa depan.
Selain itu, Fithra meyakini ke depan potensi pembangunan atau kebutuhan pembiayaan perekonomian akan sebagian besar dibiayai oleh non-APBN dan sebagian besar di luar Indonesia.
“Karena seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Hal ini dilakukan oleh pemerintahan Prabowo dengan bergabung dengan BRICS dan juga OECD.”
Hal ini juga sejalan dengan rencana Prabowo untuk terus menarik investasi ke dalam negeri, terutama untuk program industrialisasi dan hilirisasi.
Dari hasil BRICS Summit di Kazan minggu lalu, Indonesia mengajukan permohonan menjadi anggota aliansi yang terdiri dari 5 negara besar yaitu Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (dan kini memiliki lebih banyak anggota).
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia terbuka untuk menjajaki bergabung dengan grup BRICS.
Airlangga mengatakan, Prabowo Subianto memberi instruksi terkait hal tersebut. Dimana Anda akan meninjau semua blok yang ada.
“BRICS itu salah satu instruksi presiden, karena dalam pidatonya sudah jelas, kita tidak sepakat, makanya kita pantau dan selidiki semua blok,” ujarnya di kantor Koordinator Perekonomian, Rabu. (22). /10/2024).
Temukan berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel