Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut lembaga keuangan pemberi kredit kepada PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex memiliki akses terhadap 27 bank dan 3 perusahaan pembiayaan.
Total utang yang diterbitkan lembaga keuangan yang dikaji mencapai Rp 14,64 triliun.
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Regulasi Perbankan sekaligus anggota Dewan Pengawas Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan pemberian pinjaman oleh perbankan telah dipertimbangkan secara matang. Ia yakin bank sudah memperhitungkan risikonya, termasuk memberikan pinjaman baru kepada Sritex.
“Bank sudah matang sebagai lembaga intermediasi keuangan. Sritex [bank tentunya] melihat dari berbagai aspek, termasuk solvabilitas,” kata Dian dalam RDKB Oktober 2024, Konferensi Pers Kajian Jasa Keuangan dan Implikasi Kebijakan OJK, Jumat, (1/11/2024). 2024).
Dian mengatakan perbankan merupakan bisnis yang mengakar. Oleh karena itu, dia menilai penurunan yang ditetapkan tersebut ditujukan untuk permasalahan utang yang besar.
Dalam laporan yang diperoleh OJK, dia menyebutkan bank telah menyisihkan 83,34% pinjaman kepada Sritex. Sedangkan perusahaan leasing menyiapkan cadangan sebesar 63,95%.
“Itu [cukup besar] untuk menopang [kemungkinan kerugian]. Debitur juga mengambil langkah hukum [mengajukan pailit],” ujarnya.
Kasus kebangkrutan Sritex muncul setelah pengadilan menyatakan perusahaan itu bangkrut pekan lalu. Kasus ini bahkan menarik perhatian Presiden Prabowo Subianto.
Sritex adalah raksasa tekstil asal Indonesia yang masa depannya berada di ujung tanduk. Operasional perusahaan berlokasi di provinsi Jawa Tengah, khususnya di wilayah Soloraya. Kebangkrutan Sritex mengancam masa depan hampir 50.000 pekerjanya.
PHK sudah dekat. Prabowo sendiri menelepon sejumlah menterinya, mulai dari Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Koordinator Perekonomian hingga Menteri Keuangan, untuk membahas dampak kebangkrutan Sritex.
Tak hanya itu, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Emmanuel Ebenezer alias Noel mengunjungi pabrik Sritex untuk memastikan tidak ada pemotongan atau PHK.
“Presiden sudah meminta tidak ada pekerja dan kami tidak akan membiarkan PHK,” kata Menteri Tenaga Kerja Yassierli, Selasa lalu.
Yasyerli mengatakan, pemerintah memandang Sritex sebagai bagian dari bisnis strategis yang perlu mendapat perhatian khusus. Selain itu, tekstil dan produk tekstil merupakan industri padat karya yang melibatkan banyak tenaga kerja.
“[Banyak pekerjaan] adalah salah satu alasannya. “Ya, kami ingin ini dimulai dengan baik dan kami ingin memberikan sinyal kepada perusahaan-perusahaan bahwa kami hadir dari pemerintah dan kami tidak akan membiarkan berbagai isu menimbulkan masalah perekonomian dan mengganggu pekerjaan buruh,” ujarnya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel