Ekonom Sebut Pinjaman Gadai Melesat Akibat Daya Beli Turun dan Badai PHK

Bisnis.com, JAKARTA – Akibat lemahnya daya beli masyarakat, penyaluran kredit pun meningkat. Menurunnya daya beli masyarakat dibarengi dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Nailul Huda, Direktur Pusat Penelitian Ekonomi dan Hukum Ekonomi Digital (Celios), menjelaskan, meski kebutuhan masyarakat tetap atau meningkat, namun jika pendapatan hilang atau pendapatan masyarakat mencari pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Masyarakat yang punya akses keuangan bagus akan meminjam ke bank. Bagaimana dengan mereka yang tidak bisa mengakses layanan perbankan? Mereka akan beralih ke pinjaman lain, salah satunya ke bankir,” kata Huda kepada Bisnis, Kamis (31/10/2024). .

Pertumbuhan pegadaian menurut Huda tidak lepas dari menjamurnya pegadaian swasta. Berdasarkan informasi OJK pada Agustus 2024, terdapat 177 perusahaan penjual efek, 176 di antaranya merupakan perusahaan swasta.

“Ya, lebih mudah meminjam uang dari investor daripada ke bank. Ini adalah situasi yang terjadi ketika perekonomian negara kita sedang tidak baik. Banyak pembatalan, resesi, banyak hal yang dicari orang.” anggaran,” tutupnya.

Senada, Peneliti Yusuf Rendy Manilet, Peneliti Center for Economic Reform (CORE) mengatakan, peningkatan aktivitas pegadaian sedikit banyak terkait dengan kondisi makroekonomi yang terjadi saat ini.

“Dalam kondisi perekonomian dimana daya beli masyarakat menurun dan kebutuhan likuidasi meningkat, seringkali masyarakat membutuhkan akses cepat terhadap dana untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak,” kata Yusuf.

Menurut dia, yang terpenting adalah penurunan daya beli terlihat pada resesi lima bulan berturut-turut dan tren penurunan pada sektor padat karya seperti tekstil, pakaian jadi, dan sepatu. 

“Ketika masyarakat kehilangan pekerjaan dan daya belinya menurun, maka mereka lebih cenderung menggunakan jasa pegadaian sebagai sumber pendanaan darurat,” tutupnya.

Hal ini tidak efektif dalam meningkatkan daya beli

Huda mengatakan, dengan kondisi perekonomian seperti ini, pinjaman yang diberikan dalam bentuk jaminan jangka pendek akan berdampak signifikan terhadap peningkatan daya beli. 

Namun, dalam jangka menengah dan panjang, tentu saja mereka harus memulihkan pendapatannya atau mengalami peningkatan pendapatan, setidaknya dari tingkat yang sangat rendah, tidak hanya bergantung pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi, katanya.

Senada, Yusuf mengatakan dampak jangka panjang dari tren ini adalah berkurangnya dukungan terhadap pemulihan daya beli yang berkelanjutan. Ketergantungan pada pinjaman berbasis agunan atau agunan ini hanya memberikan solusi sementara terhadap permasalahan keuangan pribadi, bukan solusi komprehensif terhadap kondisi dasar perekonomian masyarakat. 

Meski lembaga pemberi pinjaman memberikan akses dana yang cepat, kata dia, masyarakat harus membayar kembali barang yang digadaikan, sehingga uang yang diterima tidak cukup untuk membangun daya beli. 

“Selain itu, mengandalkan pinjaman terkait pinjaman dapat menyebabkan perubahan kredit. Dalam jangka panjang, masyarakat yang masih bergantung pada pinjaman akan sulit memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. karena uangnya akan masuk ke siklus dana darurat,” kata Yusuf.

Oleh karena itu, ia percaya bahwa solusi jangka panjang terhadap penurunan daya beli saat ini adalah dengan mendorong perbaikan ekonomi dasar dan menyediakan sumber pendapatan berkelanjutan bagi masyarakat.

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *