Bisnis.com, JAKARTA – Harga tiket pesawat menjadi salah satu permasalahan sektor pariwisata Tanah Air selama 10 tahun terakhir. Hal ini bisa menyebabkan Indonesia kehilangan devisa negara dari sektor pariwisata hingga miliaran dolar.
Pakar Strategi Pariwisata Nasional Taufan Rahmadi mengatakan, mahalnya tiket pesawat berdampak langsung pada jumlah wisatawan, wisatawan mancanegara (wisman), dan wisatawan nusantara (wisnus).
Kenaikan harga tiket pesawat, terutama pada rute internasional dan tujuan domestik dekat dan jauh, membuat Indonesia sangat sulit menarik wisatawan, kata Taufan dalam laporannya, Sabtu (2/11/2024).
Berdasarkan perkiraan Taufan, potensi kerugian devisa wisatawan mancanegara diperkirakan mencapai $1,8 miliar atau sekitar Rp28,3 triliun. Taufan mencontohkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2019 mencapai 15 juta orang.
Rata-rata, setiap wisatawan menghabiskan sekitar $1.200 untuk berkunjung ke Indonesia, yang mencakup akomodasi, makanan, belanja, dan transportasi domestik. Artinya, total devisa yang diterima sekitar 18 miliar dolar per tahun.
Namun kenaikan harga tiket pesawat menyebabkan menurunnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia. Jika penurunan wisman akibat kenaikan harga tiket sebesar 10%, kata dia, Indonesia berpotensi kehilangan 1,5 juta wisman.
Oleh karena itu, jika ditambah dengan rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara sebesar US$1.200 per kunjungan, Indonesia berpotensi kehilangan devisa sebesar US$1,8 miliar atau sekitar Rp28,3 triliun per tahun.
Selain wisatawan mancanegara, kenaikan harga tiket pesawat juga berdampak pada wisatawan mancanegara. Berdasarkan data BPS, Taufan menyebutkan rata-rata pengeluaran wisman di destinasi wisata mencapai Rp2 juta per perjalanan.
“Jika tiket pesawat mahal menyebabkan penurunan jumlah wisatawan domestik sebesar 5%, maka potensi kerusakan perekonomian lokal cukup besar,” ujarnya.
Perkiraan Taufan, jika jumlah wisatawan nusantara turun 5 persen dari 100 juta perjalanan, maka Indonesia akan kehilangan sekitar 5 juta perjalanan.
Oleh karena itu, jika ditambah dengan rata-rata pengeluaran wisman yang mencapai Rp2 juta per perjalanan, Indonesia berpotensi kehilangan kontribusi ekonomi sebesar Rp10 miliar per tahun.
Temukan berita dan artikel lainnya di Google Berita dan WA Channel