Bisnis.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Irlanga Hartartu mengatakan peningkatan jumlah pekerja paruh waktu dalam beberapa tahun terakhir membuat pemerintah khawatir.
Irlanga menjelaskan, pemerintah terus memantau kondisi ketenagakerjaan, khususnya para pekerja paruh waktu. Sebab, pekerja paruh waktu merupakan kelompok masyarakat yang paling mungkin masuk dalam kategori miskin.
“Sebenarnya [pekerja paruh waktu] itu bagian dari kelas menengah [sekelompok orang di kelas menengah], sepertinya agak lemah di sana,” kata Irlanga dalam konferensi pers di kantor organisasi tersebut. . ada Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (5/11/2024).
Sebagai referensi, data Badan Pusat Statistik (BPS) mengklasifikasikan pekerja paruh waktu menjadi orang yang bukan pekerja penuh waktu, atau pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu.
BPS mencatat persentase pekerja paruh waktu mencapai 31,94% pada Agustus 2024. Sisanya sebesar 68,06% merupakan pekerja penuh waktu.
Dibandingkan Agustus 2023, persentase pekerja paruh waktu meningkat sebesar 0,86%. Begitu pula dibandingkan Agustus 2019, persentase pekerja paruh waktu juga meningkat menjadi 2,98%.
Pasar domestik Indonesia juga semakin berkembang
Pada kesempatan lain, Wakil Direktur Jenderal BPS Amalia Adininggar Vidyasanthi mengungkapkan, setidaknya 9,4 juta masyarakat kelas menengah telah masuk kategori kelas menengah mulai tahun 2019 pada tahun 2024.
Menurut informasi Amalia, masyarakat kelas menengah, penduduknya mengupah setiap orang 3,5 hingga 17 kali lipat garis kemiskinan. Untuk kasus Indonesia pada tahun 2024, mereka yang termasuk dalam kelas menengah akan menghabiskan Rp2.040.262-9.909.844 per bulan.
Ia mengatakan pada tahun 2019, terdapat 57,33 juta penduduk kelas menengah atau 21,45 persen dari total penduduk Indonesia. Saat ini pada tahun 2024, jumlah kelas menengah akan berjumlah 47,85 juta jiwa atau 17,13% dari total penduduk Indonesia.
Pada periode yang sama, jumlah dan persentase kelompok masyarakat rentan (dari 54,97 juta orang menjadi 67,69 juta orang atau dari 20,56 persen menjadi 24,23 persen) dan dibandingkan dengan kelas menengah (dari 128,85 juta orang meningkat menjadi 137,50 juta atau dari 2,48 juta orang). menjadi 2,48 juta). 29,22%
Artinya, 9,4 juta masyarakat kelas menengah yang hilang pada 2019-2024 justru mengalami penurunan kasta, bukan kenaikan kasta. Amalia menilai penyakit Covid-19 tahun 2020 menjadi salah satu penyebab utama menurunnya jutaan masyarakat kelas menengah.
Kita tahu, masih ada dampak buruk penyakit Covid-19 terhadap ketahanan masyarakat kelas menengah, jelasnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (28). . /8/2024).
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel