Bisnis.com, Jakarta – Hari ini, Rabu (11 Juni 2024), rupee ditutup di bawah Rp 15.833 terhadap dolar AS saat pemilihan presiden (Pilpres) Amerika.
Rupiah melemah 0,53% atau 84 poin menjadi Rp 15.833 terhadap dolar AS hari ini, menurut data Bloomberg. Sedangkan indeks dolar AS menguat 1,56% menjadi 105,03.
Seperti rupee, banyak mata uang Asia lainnya yang masih melemah. Misalnya yen Jepang turun 1,53%, won Korea turun 1,01%, dolar Singapura turun 1,29%, dan yuan China turun 0,74%.
Banyak mata uang Asia lainnya melemah. Misalnya peso Filipina terdepresiasi 0,62% terhadap dolar AS, rupee India terdepresiasi 0,16%, dan baht Thailand terdepresiasi 1,56% terhadap dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, tren nilai tukar rupee hari ini dipengaruhi faktor eksternal, khususnya pemilu presiden AS. Dia mengatakan pasar sedang mempersiapkan masa jabatan kedua Donald Trump, yang mengalahkan Kamala Harris dalam pemilihan presiden AS.
Berdasarkan laporan Reuters, Rabu (6/11/2024), Trump memimpin pemilu presiden AS dengan perolehan suara tercepat. Penghitungan cepat dari Edison Research menunjukkan Trump memenangkan 24 negara bagian dengan 230 suara elektoral, sementara Kamala Harris dari Partai Demokrat memenangkan 13 negara bagian dengan 169 suara elektoral.
Kemenangan Trump kemungkinan akan menjaga suku bunga tetap tinggi dan dolar tetap kuat di tahun-tahun mendatang. Selain itu, kemenangan Trump juga berdampak pada kenaikan imbal hasil Treasury.
Trump diperkirakan akan menerapkan kebijakan yang lebih bersifat inflasi mengingat sikapnya terhadap pertahanan perdagangan dan imigrasi. Dalam jangka panjang, situasi ini diperkirakan akan menyebabkan kenaikan suku bunga.
Selain itu, prospek kemenangan Trump memberikan tekanan ekonomi yang lebih besar pada Tiongkok. Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif perdagangan yang lebih tinggi terhadap Tiongkok, yang menandakan tekanan ekonomi yang lebih besar terhadap negara yang sedang mengalami resesi mendalam dan kemerosotan pasar saham yang berkepanjangan.
Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III tahun 2024 lemah. Lemahnya pertumbuhan ini tidak terlepas dari menurunnya konsumsi rumah tangga di Indonesia. Ini adalah awal yang buruk bagi pemerintahan baru Presiden Indonesia Prabowo Subianto. Selain itu, konsumsi menjadi mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia turun hingga 4,95% year-on-year (year-on-year/YoY) pada triwulan III 2024, yang merupakan level terburuk sepanjang tahun lalu. Angka ini turun dibandingkan kuartal II-2024 sebesar 5,05%.
Pada perdagangan besok (Kamis), 11 Juli 2024, mata uang Rupiah diperkirakan mengalami perubahan, namun kemungkinan akan ditutup pada level Rp15.820 hingga di bawah Rp15.920 terhadap dolar AS.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel