Bisnis.com, Jakarta – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) memperkirakan berakhirnya tren inflasi yang terjadi di Indonesia selama lima bulan berturut-turut bertepatan dengan berakhirnya masa transisi pemerintahan Presiden ketujuh Joko Widodo. (Jokowi) Kepada Presiden ke-8 Prabowo Subianto.
Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengindikasikan Indonesia akan mengakhiri tren inflasi selama lima bulan berturut-turut pada Oktober 2024. Sementara itu, tingkat inflasi bulanan Indonesia sebesar 0,08% secara bulanan.
Ketua Jenderal Kadin Indonesia 2024-2029 Ananda Noyan Bakri pun mengaku tak terlalu kaget dengan berakhirnya lima resesi berturut-turut. Menurut dia, penurunan tersebut disebabkan oleh dua teori.
Pertama, kata Anin, masyarakat cenderung menuju tingkat inflasi yang lebih tinggi karena daya beli yang lebih rendah. Lanjutnya, kedua, masyarakat masih menunggu pemerintahan baru Prabowo Subianto – masa transisi Gebran Rakabuming Raka.
“Masyarakat menunggu dan menonton,” kata Anin beberapa bulan kemudian. “Tetapi begitu kejelasannya menjadi jelas, masyarakat mempunyai keberanian untuk berinvestasi dan hal ini menyebabkan peningkatan daya beli, dan inilah yang menyebabkan munculnya inflasi.” Pertemuan bertajuk Makan Malam Resepsi Diplomatik dan Ekonomi Kadin Indonesia di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Namun, menurut Anen, selama pemerintah mampu mengendalikan inflasi, uang akan terus beredar di masyarakat. Artinya akan mendorong masyarakat untuk berinvestasi dan meningkatkan daya belinya.
Dengan demikian, kata Anin, program aksi yang diusung Presiden Prabowo bisa membuka peluang bagi masyarakat.
“Dan mungkin masyarakat bisa mengukurnya melalui program Pak Prabowo yang memberikan peluang bagi masyarakat untuk berkontribusi atau menjadi bagian dari transformasi ekonomi,” tambahnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mengungkapkan tren inflasi kelima berturut-turut berakhir pada Oktober 2024. Bahkan, inflasi tahunan Indonesia pada Oktober 2024 juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada Oktober 2023, inflasi Indonesia masih berada di angka 2,56% dan mencapai 1,71% pada periode yang sama tahun 2024.
Sedangkan penyumbang utama inflasi bulan Oktober 2024 secara bulanan adalah kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya dengan tingkat inflasi sebesar 0,06 persen. Pos inflasi utama pada kelompok ini adalah emas perhiasan.
Secara historis, perhiasan emas mengalami inflasi sebanyak lima kali pada tahun 2022 dan tiga kali pada tahun 2023. Hingga September 2023, barang perhiasan emas terus mengalami inflasi hingga Oktober 2024.
Kemudian secara tahunan, penyumbang inflasi utama pada Oktober 2024 berasal dari kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan tingkat inflasi sebesar 0,67%.
Pos penyumbang inflasi utama pada kelompok ini adalah beras, Kurtak Sigaret Mesin (SKM), kopi bubuk, minyak goreng, dan rak.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel