Bisnis.com, JAKARTA – Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) menemukan pelanggaran data di sebuah perusahaan teknologi raksasa ketika peretas menyamar sebagai aparat penegak hukum dan dengan cepat meminta data karena keadaan darurat.
“Penjahat dunia maya mungkin telah mengakses alamat email pemerintah AS dan asing serta mengirimkan permintaan data darurat palsu ke perusahaan-perusahaan yang berbasis di AS, sehingga informasi pribadi pelanggan dapat digunakan lebih lanjut untuk tujuan kriminal,” lapor Techcrunch, Sabtu (9/11/2024).
FBI menjelaskan, polisi dan lembaga penegak hukum di Amerika Serikat umumnya memerlukan dasar hukum untuk mengakses data pribadi yang disimpan oleh perusahaan di server mereka sendiri.
Untuk mengakses konten pribadi seseorang, seperti file, email, atau pesan, polisi harus memiliki bukti yang cukup mengenai kemungkinan kejahatan sebelum pengadilan AS dapat mengeluarkan surat perintah penggeledahan yang memungkinkan polisi meminta informasi tersebut dari perusahaan tersebut.
Namun, polisi bisa mengeluarkan surat panggilan tanpa proses pengadilan. Panggilan ini hanya menanyakan informasi dasar akun pengguna, seperti nama pengguna, informasi login, alamat email, nomor telepon, dan terkadang perkiraan lokasi.
Selain itu, terdapat permintaan darurat, dimana aparat penegak hukum dapat segera meminta data seseorang kepada perusahaan dalam situasi yang memerlukan perhatian segera tanpa harus meminta perintah pengadilan.
Permintaan darurat ini sekarang disalahgunakan oleh penjahat dunia maya, menurut otoritas federal.
Dalam pernyataannya, FBI mengatakan pihaknya menemukan beberapa postingan publik yang diterbitkan oleh penjahat dunia maya pada tahun 2023 dan 2024 yang mengklaim telah mengakses alamat email yang digunakan oleh lembaga penegak hukum AS. dan beberapa pemerintah asing.
Akses ini kemudian digunakan untuk mengirimkan panggilan pengadilan palsu dan permintaan hukum lainnya kepada perusahaan-perusahaan AS untuk mendapatkan informasi pribadi pengguna yang tersimpan di sistem mereka.
Pernyataan tersebut juga menjelaskan bahwa penjahat dunia maya telah berhasil menyamar sebagai lembaga penegak hukum dengan menggunakan akun polisi yang diretas untuk mengirim email ke perusahaan yang meminta data pengguna.
Dalam beberapa kasus, permintaan tersebut mencakup ancaman palsu, seperti klaim adanya perdagangan manusia, dan dalam satu kasus, seseorang akan “sangat menderita atau meninggal” jika perusahaan tidak memberikan informasi yang diminta.
Menurut FBI, akses ini digunakan untuk mengirimkan panggilan pengadilan palsu dan permintaan hukum lainnya kepada perusahaan-perusahaan AS untuk mendapatkan data pengguna pribadi yang disimpan di sistem mereka.
Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA Channel