Bisnis.com, Jakarta – Kandidat presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memimpin pemilu presiden AS versi quick count. Bursa Efek Indonesia juga mencatatkan nilai penjualan bersih atau net sales asing sebesar Rp 1,14 triliun yang merupakan penjualan bersih luar negeri terbesar.
Melansir Fox News, Rabu (6/11/2024), Decision Desk Fox News memperkirakan Trump akan mengalahkan Kamala Harris dengan kemenangan menakjubkan. Berdasarkan hasil hitung cepat Fox News, Trump meraih 277 suara elektoral, berbanding 226 suara elektoral yang diraih Harris.
Jumlah suara Trump melampaui batas minimum suara Electoral College yang dibutuhkan untuk mengamankan kursi kepresidenan, yaitu 270 suara.
Pasar saham Indonesia sedang lesu dengan kemenangan Trump yang dihitung mundur dengan cepat. Indeks Harga Gabungan (IHSG) melemah 1,44% menjadi 7.383,86 pada penutupan perdagangan hari ini (11/6/2024).
Pasar saham Indonesia sendiri mencatatkan net sell asing sebesar Rp 1,14 triliun pada perdagangan hari ini. Sepanjang sepekan, penjualan bersih asing mencapai Rp 1,4 triliun, namun pasar saham Indonesia kembali mencatatkan nilai pembelian bersih asing pada tahun ini (ytd/ytd).
Pada perdagangan hari ini, modal inti bank jumbo atau kelompok bank (KBMI) IV menjadi penjualan bersih asing terbesar. PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), misalnya, melaporkan penjualan bersih asing sebesar Rp 582,93 miliar pada perdagangan hari ini.
Setelah itu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) melaporkan penjualan bersih di luar negeri sebesar Rp 480,47 miliar dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) melaporkan penjualan bersih di luar negeri sebesar Rp 131,54 miliar.
Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), misalnya, mencatatkan jual bersih asing sebesar Rp 47,56 miliar pada perdagangan hari ini.
Direktur Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Lisa Camila Suriana mengatakan kemenangan Trump menciptakan potensi masuknya dana asing dari emerging market. “Trump akan memprioritaskan investasi dan pembangunan di negaranya,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (6/11/2024).
Oleh karena itu, kata dia, Indonesia harus lebih kompetitif agar bisa menarik. “Pada era Trump pertama, FDI (foreign direct investment) Indonesia juga tidak meningkat signifikan dibandingkan era Biden,” kata Lisa.
Sebelumnya, Wakil Direktur Riset dan Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Damos mengatakan Trump memiliki kebijakan “Make America Great Again” yang akan memprioritaskan Amerika sebagai pilarnya. Menurut Nico, hal ini akan berdampak negatif terhadap perekonomian global karena Trump akan menerapkan kebijakan proteksionisme.
Di satu sisi, Harris punya agendanya sendiri, sama seperti Joe Biden sebelumnya. Oleh karena itu, pasar akan mengalami lebih banyak volatilitas jika Trump memenangkan pemilu dibandingkan Harris.
Selain pemilu AS, pekan ini pasar juga menantikan pertemuan The Fed yang akan berlangsung tiga hari setelah pemilu AS. Sejauh ini, kata dia, potensi penurunan masih terbuka lebar, apalagi sejak data tersebut dirilis pekan lalu pada Jumat malam.
Namun, jika volatilitas terlalu tinggi setelah pemilu AS, ada kemungkinan The Fed akan berubah pikiran dan melakukan penurunan suku bunga yang jauh lebih besar pada Desember mendatang, kata Nico.
__________
Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel