Siap-siap Rombak Pengurus Garuda Indonesia (GIAA) Pekan Depan saat Rugi Kian Bengkak

Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) telah menjadwalkan Rapat Umum Pemegang Saham Nirkabel (RUPSLB) minggu depan dengan tujuan perubahan kepengurusan. Perombakan manajemen terjadi di tengah kinerja keuangan GIAA yang masih mencatatkan kerugian.

Berdasarkan keterbukaan informasi, Manajemen GIAA menyatakan RUPSLB akan digelar di Bandara Internasional Soekarno – Hatta, Tangerang pada 15 November 2024. Agenda RUPSLB hanya ada satu, yakni perubahan susunan pengurus.

Tindakan ini diusulkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara [BUMN] Republik Indonesia selaku pemegang saham Seri A Dwiwarna melalui surat nomor: SR-463/MBU/09/2024 tertanggal 24 September 2024, tulisnya. Administrasi GIAA telah mengungkapkan beberapa informasi terakhir kali.

Padahal, sebelumnya atau tepatnya pada 15 Agustus 2024, RUPSLB GIAA berlangsung dengan gagasan yang sama, lagi-lagi tanpa kendali. Namun saat itu belum ada perubahan pada jajaran Direksi GIAA. 

Pada RUPSLB Agustus lalu, pemegang saham hanya memutuskan mengangkat Mayjen TNI (Purn) Glenny Kairupan sebagai Komisaris perseroan. 

Pada RUPSLB nanti, muncul sejumlah nama yang nantinya diprediksi masuk dalam sistem manajemen GIAA. Berdasarkan laporan Bloomberg, CEO Lion Air Wamildan Tsani Panjaitan dan Direktur Keuangan Garuda Indonesia Prasetio diproyeksikan menjadi CEO Garuda Indonesia menggantikan Irfan Setiaputra.

Sumber Bloomberg menyebutkan Tsani merupakan kandidat utama pengganti Irfan. Tsani menjabat sebagai Plt. CEO Lion Air sejak tahun 2023. Sebelumnya menjabat sebagai Direktur Keselamatan, Keamanan dan Mutu (Safety, Security and Quality) Lion Air / Batik Air.

Perwakilan Lion Air menolak berkomentar. Sementara itu, perwakilan Garuda Indonesia mengatakan keputusan anggota dewan merupakan hak Perusahaan BUMN. Perubahan posisi tersebut disebut-sebut merupakan upaya pemerintahan baru untuk meningkatkan profitabilitas maskapai dan mendukung ekspansinya.  Gaji

Rencana untuk mengubah jajaran kepengurusan GIAA sedang dilakukan di tengah kinerja keuangan yang masih belum membaik. Berdasarkan laporan keuangan, GIAA masih mengalami kerugian, dimana rugi bersih kuartal III/2024 mencapai US$ 131,22 juta atau setara Rp 2,06 triliun (kurs Rp 15.672 per dolar AS). 

Rugi bersih GIAA meningkat dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 72,38 juta atau Rp 1,13 triliun.

Meski begitu, pendapatan penyedia maskapai penerbangan meningkat. GIAA mencatatkan peningkatan pendapatan operasional secara tahunan sebesar 14,72% (year in year/yoy) menjadi $2,56 miliar AS pada sembilan bulan pertama tahun 2024, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar $2,23 miliar AS. 

Namun rugi bersih GIAA terjadi seiring dengan beban operasional yang juga meningkat 19,6% yoy menjadi US$2,38 miliar pada kuartal III/2024. Selain itu, beban keuangan GIAA juga meningkat 10,78% yoy menjadi US$ 374,33 juta.

Irfan mengatakan GIAA masih mengalami kerugian. Meski demikian, GIAA berhasil memperoleh laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) positif sebesar US$ 685,81 juta. Menurut dia, hasil EBITDA tersebut menunjukkan kinerja perusahaan yang sudah kembali sehat.

Sementara menurut dia, rugi bersih yang dibukukan perseroan sebagian besar disebabkan oleh dampak penerapan standar akuntansi PSAK 73 yang berdampak pada laporan keuangan. 

“Kerugian yang terlihat jika dilihat secara detail sebagian besar timbul karena perlakuan akuntansi sesuai PSAK 73 yang mengatur tentang pencatatan sewa operasi,” jelas Irfan suatu ketika. 

Dalam laporan keuangan tersebut dijelaskan bahwa pada semester I/2024, GIAA terus mencatatkan pertumbuhan basis bisnisnya didukung oleh keberhasilan restrukturisasi utangnya. Restrukturisasi tersebut dituangkan dalam keputusan bulat pada 27 Juni 2022, dimana GIAA mendapat pendanaan sebesar Rp7,5 miliar dan Rp725 miliar yang berasal dari penyertaan modal (PMN) dan PPA.

“Keberhasilan restrukturisasi utang dan tambahan pendanaan dari PMN memberikan dampak positif bagi perseroan, baik secara finansial maupun operasional,” tulis Manajemen GIAA dalam laporan keuangan yang diterbitkan, Sabtu (9/11/2024).

Meski begitu, hingga kuartal III 2024, GIAA masih memiliki liabilitas jangka pendek melebihi aset lancar sebesar US$ 619 juta dan ekuitas negatif sebesar US$ 1,41 miliar.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *