Bisnis.com, Jakarta – Wakil Direktur Perindustrian dan Pembangunan DPR San Mustopa mengatakan pemerintah sebaiknya memberikan subsidi kepada peternak lokal sekaligus mengekspor susu.
“Kami berharap para peternak atau peternak lokal yang terlibat, khususnya peternak sapi perah, juga terus mendapat perhatian dari pemerintah,” kata San, Sabtu, 9 (9). 11/2024).
Menurut San, pasokan susu dari luar negeri membuat produsen lebih memilih susu asing dibandingkan produk peternak lokal.
Hal ini menyebabkan meningkatnya kerugian di pasar susu lokal, yang sangat mengurangi produktivitas peternak.
Di satu sisi, San juga mengetahui bahwa ada kebutuhan susu asing agar susu dalam negeri juga dibutuhkan.
“Jadi selain memenuhi kebutuhan dalam negeri juga penting, pendistribusian susu ini kepada masyarakat harus menjadi prioritas,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat mencari solusi dengan memberikan kebijakan langkah-langkah untuk menyelamatkan para peternak sapi perah di Tanah Air.
Sebelumnya, seorang peternak lokal di Pasuruan, Jawa Timur, mengumumkan kepada media tentang operasi pembuangan susunya, karena industri tidak mau lagi menggunakan susu produksi peternak lokal.
Kalaupun produksi susunya banyak, peternak hanya mampu bertahan selama 48 jam. Tanpa sadar, para peternak membuang susu tersebut.
Operasi serupa juga dilakukan di Boyolali. Peternak sapi dan pengumpul susu di Boyolali, Jawa Tengah telah mengambil tindakan untuk membuang susu segar. Hal ini dilakukan karena susu mereka tidak diterima oleh Pabrik Pengolahan Susu (IPS).
Dinas Peternakan dan Budidaya Perairan (Disnakkan) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menjamu peserta yang mewakili peternak sapi perah di daerahnya yang produksinya terbatas pada Industri Pengolahan Susu (IPS).
“Para pengumpul susu sapi datang ke Kantor Disnakkan Boyolali atas nama para peternak untuk menyampaikan duka karena pasokan susu ke Industri Pengolahan Susu (IPS) berkurang sejak September 2024 karena menipis,” kata Direktur Disnakkan Boyolali. . Lucia Dieh Suciati di Boyolali, Jumat (8/11/2024).
Menurut Lucia, produksi susu peternak mencapai 8000 liter per hari. Diakui Lucia, penyakit ini tidak hanya ditemukan di Boyolali, tapi juga di daerah lain seperti Pasuruan, Jawa Timur.
“Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu waktu untuk bertemu dengan IPS. Apa salahnya IPS tiba-tiba menyerahkan susu ke penjahat? Kita berharap normal seperti dulu,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya berupaya menjalin kemitraan antara pengolah susu dengan perusahaan pangan pelat merah.
Ia berharap, kita bisa segera menemukan solusinya.
Ketua KUD Mojosongo Boyolali, Sriyono mengatakan permasalahan yang dihadapi para donatur di KUD dan Mojosongo karena peternakan yang ada saat ini tidak bisa diselesaikan oleh IPS. Hal ini disebabkan adanya pembatasan kuota susu yang masuk ke IPS yang biasanya mengumpulkan 23.000 liter susu per hari dari Koperasi KUD Mojosongo, namun potensi masuknya dikurangi menjadi 15.000 liter.
Ia menambahkan, KUD Mojosongo rata-rata menerima 23.000 liter per hari dari petani. Sementara koperasi di Boyolali mempunyai sekitar 140.000 liter per hari, namun industri hanya mampu menerima 110.000 liter per hari. Artinya lebih banyak produksi dari hewan ternak yang tidak dapat diserap pabrik sebesar 30.000 liter per hari.
“Kita membuang susu yang tidak dilihat oleh industri, karena susunya tidak bisa bertahan lama. Alasan industri tidak menerimanya karena mesin sedang diperbaiki dan pasar sedang lesu. Artinya industri tidak punya. produknya. Itu berasal dari luar negeri dan berasal dari susu.”
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Jaringan WA