Masalah Penetrasi Asuransi Rendah, Peneliti Sebut Peran Strategis Industri Kurang Dilirik

Bisnis.com, Jakarta – Pemerintah menargetkan tingkat penetrasi asuransi sebesar 3,2% dan kepadatan asuransi sebesar Rp 2,4 juta per penduduk pada periode pemerintahan Prabowo-Gibran. Sedangkan tingkat penetrasi dan kepadatan asuransi di Indonesia sebesar 2,59% dan Rp 1,94 juta pada tahun 2023.

Penetrasi asuransi adalah tingkat premi dalam industri asuransi relatif terhadap nilai PDB. Sedangkan kepadatan asuransi adalah rata-rata jumlah uang yang dikeluarkan masyarakat untuk membeli produk asuransi dalam setahun.

Untuk mencapai hal tersebut, perlu dipahami hubungan antara permintaan dan penawaran, atau supply and demand, dalam industri asuransi, kata Ibrahim Khoilul Rohman, peneliti senior di IFG Progress. Ia menilai permasalahannya adalah peran strategis industri asuransi kurang mendapat perhatian.

“Dampak mikro salah satu penyumbang terbesar obligasi pemerintah Terkadang masyarakat belum mengetahui peran sektor keuangan non-bank [IKNB] sebagai salah satu penyumbang terbesar obligasi pemerintah, yang dananya kemudian digunakan pemerintah untuk perkembangannya”, kata Ibrahim saat ditemui di sela-sela acara media. Konferensi IFG 2024 akan digelar di Jakarta pada Selasa (15 Oktober 2024).

Ibrahim mengatakan, kondisi tersebut bukan hanya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang asuransi. Pada tahun 2022, tingkat literasi keuangan industri asuransi sebesar 31,72%, namun tingkat inklusi sebesar 16,63%. Artinya hanya separuh dari mereka yang sudah mengetahui tentang asuransi memilih untuk menggunakannya.

Ia menilai peran strategis industri asuransi rumah masih diremehkan, berbeda dengan situasi di negara-negara dengan penetrasi asuransi yang lebih tinggi. itu

Sebagai perbandingan, Indonesia tertinggal dibandingkan Malaysia dalam hal penetrasi asuransi sebesar 4,8%, Australia sebesar 3,3%, Brasil sebesar 3,3%, Jepang sebesar 7,1%, Singapura sebesar 11,4%, dan Afrika Selatan sebesar 12,6%.

“Perusahaan asuransi harus dilihat sebagai industri strategis yang masih banyak kekurangan di Indonesia agar demand bisa membaik dan supply juga bisa meningkat,” tutupnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *