Bisnis.com, JAKara )) dan PT Graha Sidang Pratama (PT GSP)
Properti berupa Properti Umum Blok 14 di kawasan GBK akan dikelola secara mandiri oleh PPKGBK sebagai Badan Layanan Umum (SSA) berdasarkan amanah yang diberikan kepadanya.
Disebutkan PPKGBK dalam website Sekretariat Negara, PPKGBK akan menjadikan kawasan ini sebagai pusat kegiatan Pertemuan, Ide, Pertemuan, Pameran (MICE), terkoneksi dengan fasilitas GBK, termasuk di tingkat dunia, dan bermanfaat. bermanfaat bagi keluarga dan negara. .
PPKGBK juga mengucapkan terima kasih atas kerja sama, dedikasi dan profesionalisme khususnya kepada para mitra, penyelenggara acara dan pengunjung untuk mendukung kegiatan MICE selama ini. Sejarah JCC
Berdasarkan laman Mensesneg, bentuk atap gedung JCC yang terletak di pusat kota Jakarta ini cukup unik, seperti mangkuk yang diturunkan dan membuat siapa pun mudah mengingat namanya pada tahun 1980-an.
Lokasinya tidak jauh dari Jembatan Semanggi, Gedung Parlemen dan Markas Televisi Republik Indonesia, serta Stadion Gelora Bung Karno. Jakarta Convention Center, begitulah nama yang diberikan Presiden Soekarno pada gedung yang berdiri di atas lahan seluas tiga hektar ini.
Jakarta Convention Center dan berbagai gedung seperti tersebut di atas, yang dibangun pada tanggal 8 Februari 1960, awalnya merupakan salah satu rencana besar Bung Karno untuk menampilkan kekuatan Indonesia dan keindahan Jakarta sekaligus mengadakan festival olahraga antar negara (Ganefo). seperti acara multi-olahraga lainnya di luar Olimpiade. Acara tersebut dijadwalkan pada 10-22 November 1963.
Namun dalam perkembangannya, menurut sejarawan Adolf Heuken, penulis Jakarta History in Pictures and Photos, acara tersebut tidak menggunakan gedung pusat konvensi karena pengerjaannya belum selesai. Pembangunannya saat itu memakan biaya 12,5 juta USD atau sekitar Rp 187,5 miliar.
Arsitek Sujudi Wirjoatmodjo, yang mempelajari arsitektur Perancis, Belanda dan Jerman, dipilih untuk merancang dan membangun Conference Hall. Menurut Bagoes Wiryomartono dalam Sujudi dan Arsitektur di Indonesia Kontemporer yang dimuat dalam Jurnal Kajian Penelitian, 6 Juni 2016, Sujudi merupakan salah satu arsitek asli Indonesia pasca kemerdekaan yang meletakkan dasar-dasar desain.
Desain modernis merupakan upaya Sujudi untuk melepaskan diri dari gaya kolonial yang masih banyak terdapat pada bangunan-bangunan tua Tanah Air. Ia dikenal banyak merancang bangunan simbolik pada awal tahun 1960an seperti Gedung MPR/DPR/DPD RI, Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta, Kementerian Pertanian, Gedung Manggala Wanabhakti, Kementerian Perhubungan, dan kantor berbagai kedutaan besar Indonesia. seperti Kuala Lumpur dan Kolombo.
Pusat konvensi ini selesai dibangun pada tahun 1974 dan memiliki General Hall, yaitu aula besar berkapasitas 5.000 orang yang ditutupi oleh gedung besar seperti yang dijelaskan di awal artikel ini. Gedung tersebut kemudian digunakan untuk Konferensi Tahunan Asosiasi Agen Perjalanan Asia Pasifik (PATA) ke-23, April 1974. Acara PATA ke-23 ini menandai dimulainya tur Jakarta Convention Center yang dikenal sebagai pusat konvensi terbesar di Tanah Air pada saat itu. Memperbarui
Jakarta Convention Center mengalami renovasi besar-besaran setelah Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Konferensi Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi ke-10 pada tahun 1992. Acara ini diselenggarakan untuk menampung 62 kepala negara dan organisasi non-pemerintah serta delegasi dari dalam 109 negara. Pada tanggal 25 Agustus 1992 atau 31 tahun yang lalu, Presiden kedua RI Soeharto meresmikan wajah baru Jakarta Convention Center.
Setelah direnovasi, Pusat Konferensi memiliki 13 ruang pertemuan dengan berbagai ukuran. Lahan pun bertambah menjadi 12 ha pasca renovasi. Selain Aula Umum, terdapat juga Aula Pertemuan yang luasnya 3.921 meter persegi dan mampu menampung 4.500 orang. Ada pula Ruangan Cendrawasih dengan luas 2109 m2 dan 10 ruangan lainnya yang mampu menampung antara 20-1000 orang.
Terowongan bawah tanah telah dibangun untuk menghubungkan pusat konvensi ke hotel besar terdekat. Basement ini juga mempunyai main (tangga datar). Setelah renovasi, namanya diubah menjadi Jakarta Convention Center (JCC).
Berdasarkan laman pemerintah, hasil renovasi tersebut membuat JCC memiliki dua ruang pameran besar, yaitu ruang pameran A dan B, masing-masing seluas 6.060 m2 dan 6.075 m2. Kedua ruang pameran tersebut dihubungkan oleh sebuah koridor atau aula seluas 450 m2. Setelah konferensi ke-10, reputasinya sebagai tempat pertemuan menjadi semakin populer.
Hingga saat ini, telah diselenggarakan lebih dari 30.000 acara, mulai dari upacara wisuda universitas, konferensi nasional dan internasional, pameran kerajinan tangan, dan penjualan otomotif. Konser artis-artis ternama Indonesia dan internasional serta festival musik jazz kelas dunia pernah digelar di venue yang kini dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan Jaringan WA