Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan masa depan pertanian Indonesia ada di Papua. Hal ini sejalan dengan cita-cita Presiden ke-8, Prabowo Subianto, yang menginginkan Indonesia menjadi negara mandiri.
Zulhas yang pernah menjabat Menteri Perdagangan pada masa Indonesia tertinggal menjelaskan, wilayah Papua dinilai cocok untuk pertanian guna mencapai kemandirian pangan. Apalagi, Zulhas menemukan Pulau Jawa masih mengalami degradasi lahan.
“Di mana masa depan pertanian Indonesia? “Papua kini serius melaksanakannya,” kata Zulhas saat acara serah terima Menteri Perdagangan di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, 21 Oktober 2024.
Dengan begitu, Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) ini berharap Indonesia memiliki lahan sawah seluas 2 juta hektar di Papua dalam lima tahun ke depan.
“Kami berharap bisa mengoperasikan 2 juta sawah dan 600-1 juta ladang tebu dalam lima tahun ke depan. Semoga itu menjadi masa depan kita. “Papua punya budidaya padi, tebu, dan jagung.
Menurutnya, lahan yang tersedia di Papua harus dioptimalkan, termasuk untuk sektor pertanian. “Kita punya Kalimantan, kita jadikan saja ibu kotanya, kebisingannya sudah tidak ada habisnya. “Kita punya wilayah yang sangat luas di Papua, tapi kita tidak mengoptimalkannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengabarkan, Prabowo Subianto telah menyiapkan lokasi gudang pangan untuk memenuhi target swasembada pangan Indonesia.
Fajarini Puntodevi, Kepala Departemen Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, mengatakan program prioritas Prabowo Subianto adalah swasembada pangan.
“Untuk rencana ke depan, bagi presiden terpilih [Prabovo Subianto], swasembada pangan adalah prioritas, sehingga daerah-daerah tersebut siap menjadi gudang pangan kita dan kita berharap hal itu bisa tercapai,” kata Fajarini saat bertemu. Jakarta, 17/10/2024 pada Gambir Trade Talk dengan topik “Peluang dan Tantangan Peningkatan Kompleksitas Ekspor Pertanian Indonesia”.
Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras mencapai 3,23 juta ton pada Januari-September 2024. Angka tersebut meningkat menjadi 80,68% (c-to-c) dibandingkan 1,78 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Fajarini mengatakan, permintaan dalam negeri masih minim sehingga memerlukan impor pemerintah dalam jumlah besar hingga jutaan dolar. Jika tidak, kata dia, harga beras akan naik.
“Kalau kebutuhan dalam negeri masih kurang tentu perlu impor. “Misalnya kalau tidak ada fluktuasi harga, maka beras juga akan turun,” jelasnya.
Pada saat yang sama, sektor pertanian menjadi penopang pertumbuhan nasional dengan potensi kontribusi sebesar 13,78% (y/y) pada kuartal II-2024. Fajarini menjelaskan, sektor pertanian merupakan penyumbang perekonomian nasional terbesar kedua. Pertumbuhan 3,25% pada kuartal II tahun 2024.
“Kami yakin sektor pertanian ini dapat menjadi penopang utama bagi perkembangan perekonomian nasional Indonesia dan meningkatkan nilai tukar mata uang asing kita,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya dari Google News dan WA