Bisnis.com, JAKARTA – PT Freeport (PTFI) Indonesia berupaya memperpanjang relaksasi ekspor konsentrat tembaga yang diberikan pemerintah menyusul kebakaran di pabrik peleburan tembaga baru di Gresik beberapa waktu lalu.
Induk PTFI, Freeport-McMoran Inc. (FCX) melaporkan kebakaran tersebut merusak infrastruktur produksi asam sulfat yang diperlukan untuk proses peleburan tembaga. Akibatnya, operasi peleburan dihentikan sementara sambil menunggu perbaikan.
FCX mengatakan penyelidikan dan investigasi penyebab kebakaran sedang dilakukan. Rencana untuk memperbaiki area yang rusak juga sedang dipersiapkan.
Sejalan dengan upaya ini, Freeport berharap pemerintah akan terus mengizinkan ekspor tembaga terkonsentrasi hingga smelter tersebut kembali berproduksi 100%.
“Kami sedang berdiskusi dengan pemerintah. Semua pihak berkepentingan untuk terus fokus. Kami punya fleksibilitas dalam norma [ekspor] yang ada saat ini mengenai apa yang bisa kami hasilkan hingga 2024. Namun, kami meminta fleksibilitas lebih lanjut. Kami bisa memberikan semuanya. kami memproduksi hingga 2024.” Ketua dan CEO Freeport-McMoran Inc. Kathleen Quirk mengatakan pada panggilan pendapatan 2024 Selasa (22/10/2024) waktu New York.
Quirk mengaku belum mengetahui kapan smelter tersebut akan selesai. Namun, dia meyakinkan Freeport akan berusaha semaksimal mungkin untuk kembali beroperasi.
Senin (14/10/2024) Kebakaran terjadi di pabrik pengolahan asam sulfat smelter PTFI. Kebakaran sebenarnya terjadi di Fasilitas Pemisahan Gas Bersih PTFI, atau Kawasan Ekonomi Khusus Java Refinery and Industrial Port Estate, atau KEK JIIPE, pabrik smelter yang berlokasi di Manar, Gresik, Jawa Timur.
Padahal, larangan ekspor konsentrat tembaga sebelumnya sudah diterapkan sejak Juni 2024 yang diumumkan Menteri Perdagangan (Permendag) N. 22/2023.
Namun pemerintah memutuskan menunda larangan tersebut hingga 31 Desember 2024 melalui Peraturan Menteri Perdagangan. 10 Tahun 2024 Ini merupakan perubahan atas Permendag no.
Saat itu, relaksasi diberikan hingga 31 Desember 2024, hingga pembangunan smelter khususnya PTFI belum selesai. Oleh karena itu, relaksasi kewajiban investasi PTFI kembali ditawarkan sebagai bentuk apresiasi negara.
Sinyal perluasan ekspor konsentrat tembaga ke PTFI memang sudah terlihat. Hal itu berdasarkan pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahl Lahadalia yang membuka kemungkinan melanjutkan liberalisasi ekspor konsentrat tembaga hingga awal tahun 2025.
Namun, Bahl mengatakan keputusan pelonggaran ekspor konsentrat tembaga akan membatasi kapasitas produksi smelter tembaga baru PTFI. Sementara smelter tersebut diperkirakan belum bisa berproduksi 100% hingga Januari 2025.
“Lihat saja pabriknya nanti seperti apa,” kata Bahlil kepada TMII di Jakarta Timur. “Kalau dibilang pabrik tidak bisa cover 100% karena ada yang harus diperhitungkan, paling lama kita tunggu 1-2 bulan.” , Minggu (14/10/2024) lalu.
Dia mengatakan, potensi perluasan pelepasan ekspor konsentrat tembaga akan sesuai dengan PT Amman Mineral Mine Nossa Tenggara (AMNT). Sebab, perseroan baru menyelesaikan satu pembangunan smelter katoda pada tahun ini.
Lampu hijau untuk memperluas liberalisasi ekspor juga mendapat dorongan setelah kebakaran PTFI. Bail mengatakan partainya juga harus adil. Dia mencontohkan, jika kapasitas konsentrator PTFI 3 juta ton per tahun dan smelter baru mengolah 2 juta ton per tahun, maka pemerintah tidak punya kewenangan membatasi ekspor sisa 1 juta ton tersebut.
“Bukankah masuk akal kalau dikatakan kalau hanya tersisa 1 juta orang di negara ini, tidak perlu ekspor?” kata Bahl di kantor Kementerian ESDM, Selasa (18/10/2024).
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel