Bisnis.com, JAKARTA — Emiten Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) akan terus mengkonversi utang menjadi ekuitas melalui private penempatan kreditur. Sebelumnya, beberapa emiten grup Bakrie menggunakan strategi serupa untuk mengurangi beban keuangannya.

Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen BNBR telah menjelaskan rencana restrukturisasi utangnya kepada dua pemberi pinjaman, yakni Eurofa Capital Investment Inc. dan Silvery Moon Investment Ltd. atau SMIL melakukan penyertaan saham dengan dana tambahan tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private penempatan.

Rinciannya, utang jangka panjang BNBR di Europa mencapai 50 juta dollar AS atau setara Rp 770,8 miliar. Lalu, pinjaman jangka pendek BNBR kepada SMIL dan ledger sebesar Rp 465,11 miliar.

Sementara itu, total utang BNBR kepada Eurofa dan SMIL akan berubah menjadi Rp 855 miliar. Dengan harga konversi Rp64 per saham, Debitur akan memiliki total 7,7% saham biasa yang ditempatkan dan disetor penuh setelah penerbitan PMTHMETD.

Pelaksanaan PMTHMETD untuk memulai konversi saham akan dimulai setelah mendapat persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPSLB) bulan depan, yakni tanggal 28 November 2024.

Manajemen BNBR menjelaskan, dengan melakukan konversi utang menjadi ekuitas melalui program PMTHMETD, perseroan dapat memperbaiki posisi keuangan.

“Perusahaan akan memiliki rasio utang yang baik, beban keuangan yang berkurang, dan arus kas yang kuat di masa depan,” tulis Manajemen BNBR dalam keterbukaan informasi, Selasa (22/10/2024).

Pasca PMTHMETD, total utang perseroan diperkirakan turun menjadi Rp3,62 triliun dari posisi utang semester I/2024 sebesar Rp3,73 triliun.

Tahun lalu, BNBR juga memulai restrukturisasi utang melalui private penempatan dana sebesar Rp 6,36 triliun. Perusahaan yang memegang saham akibat restrukturisasi utang tersebut adalah Levoca Enterprise Ltd., Port Fraser International Ltd., PT Prima Elok Makmur.

Berdasarkan catatan Bisnis, pada November 2018, BNBR juga mengumumkan inisiasi konversi utang secara bertahap melalui private positioning dengan nilai konversi Rp9,38 triliun.

Total, BNBR menerbitkan 146,63 miliar saham atau setara 92,37% modal ditempatkan dan disetor. Rasio utang terhadap ekuitas tersebut kepada tiga kreditor: Fountain City Investments Rp 2,91 triliun, Levoca Enterprise Rp 6,37 triliun, dan Daley Capital Ltd. Jumlahnya Rp 100,39 miliar.

Selain pengalihan utang melalui private financing kepada kreditur, BNBR juga menerbitkan kepemilikan saham di anak usaha. Pertengahan tahun ini, BNBR menerbitkan 6,62 miliar saham PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR).

Seiring dengan penjualan saham yang dilakukan BNBR kepada VKTR, investor baru pun masuk ke VKTR. Tercatat, kreditur BNBR yakni Silvery Moon Investment melanjutkan pembelian 4,65 miliar saham VKTR pada 31 Juli 2024. Silvery Moon Investment kemudian memegang 10,63% saham VKTR dengan status kepemilikan saham langsung.

Menindaklanjuti pembayaran utang

Tak hanya di BNBR, penyelesaian utang juga dilakukan emiten Grup Bakrie lainnya. Perusahaan PT Vision Media Asia Tbk. (VIVA) dan PT Intermedia Capital Tbk. (MDIA), misalnya, kini menjalankan rencana pembayaran utang tangguhan (PKPU) untuk 12 kreditur.

Dalam keterbukaan awal bulan ini, VIVA dan MDIA menguraikan dua cara untuk menyelesaikan permasalahan utang mereka. Kedua pendekatan tersebut adalah uang tunai dan hutang yang lambat laun berubah menjadi ekuitas atau hutang untuk ditukarkan.

Selain itu, tahun lalu PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) berencana melakukan go private dengan menerbitkan 18,26 miliar saham biasa Seri B untuk melunasi kewajiban DEWA kepada kreditur.

Merujuk prospektus, harga pelaksanaan private penempatan DEWA adalah Rp50 per saham sehingga totalnya Rp913,40 miliar.

Sementara itu, melalui privatisasi, dilakukan pengalihan utang sebesar Rp 554,48 miliar kepada debitur DEWA yakni PT Madhani Talatah Nusantara. Selain itu, dilakukan transfer kredit sebesar Rp358,92 miliar kepada PT Andhesti Tungkas Pratama.

Pedagang pertambangan batubara Bakrie Group dan Salim Group PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) pada tahun 2022 akan menerbitkan kembali 200 miliar saham dengan harga Rp 120 per saham atau setara Rp 24 triliun untuk memperbaiki posisi keuangan.

Pada tahun 2020, anak perusahaan BUMI, PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) juga menggunakan hak milik pribadi untuk membayar kewajiban utangnya. Saat itu, BRMS menerbitkan 14,5 miliar saham.

Seluruh saham diambil oleh salah satu kreditur BRMS yakni Wexler Capital Pte. Itu ada batasnya. (Wexler) dengan menggunakan debt-to-equity untuk melunasi pinjaman sebesar 52 juta dollar AS atau sekitar Rp 729 miliar.

Pada tahun 2016, PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY) tetap membayar utangnya dengan menawarkan saham anak usahanya saat itu, PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk. (JGLE).

Selain itu, operator telekomunikasi Grup Bakrie, PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL) telah menggunakan PKPU sejak tahun 2014 untuk melunasi total utang sebesar Rp 11,4 triliun yang dimiliki oleh seluruh 580 kreditor dalam dan luar negeri. 

__________

Penafian: Berita ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan mahasiswa. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi mahasiswa.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *