Bisnis.com, Jakarta – Pusat Reformasi Ekonomi atau Ekonomi Inti Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan pada pemerintahan kabinet baru, perubahan nomenklatur kementerian dan lembaga (K/L) berpeluang meningkatkan K/. 5 Biaya.
Menurut dia, posisi kabinet pemerintahan baru agak berbeda dengan semangat efisiensi yang diusung pemerintahan sebelumnya.
Selama dua periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), beberapa langkah efisiensi telah dilaksanakan, dan banyak perusahaan yang dilikuidasi atau ditutup dengan harapan bahwa langkah-langkah efisiensi tersebut akan membuahkan hasil. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Menurut dia, komposisi kabinet yang memiliki lebih dari satu wakil menteri juga menimbulkan pertanyaan karena kementerian sudah memiliki susunan administrasi yang mendukung kerja para menteri, seperti Irjen atau Sekjen.
Dikutip Selasa (22/10/2024), “Inspektur Jenderal atau Sekretaris Jenderal Kementerian dapat digunakan untuk membantu pejabat dalam pekerjaannya, meskipun mereka diberi tugas atau tanggung jawab baru.”
Kotak lemak ini dikhawatirkan akan berdampak pada peningkatan defisit APBN, dampak inisiatif baru pemerintah, dan permasalahan keuangan yang timbul dari jadwal jatuh tempo utang pemerintah dalam 5 tahun ke depan.
Berbicara tentang banyaknya tujuan yang diajukan Presiden Prabowo Subianto, pemerintahan Yusuf mengatakan bahwa evaluasi, terutama kebijakan baru, diperlukan untuk melihat apakah program tersebut memenuhi tujuan awal program pembangunan.
Proses evaluasi juga penting, apalagi jika rencana pemerintah masih relatif aman untuk menutupi APBN yang sedang menghadapi tantangan lain, jelasnya.
Sementara itu, Yusuf mengatakan, pemerintah gas sebaiknya memasukkan target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, salah satunya dengan melakukan konsolidasi antar kementerian agar membuat rencana yang runtut dan tidak tumpang tindih dengan ketentuan kementerian yang ada.
Simak Google News dan berita serta artikel lainnya di channel WA