Disrupsi Digital Hilangkan Profesi Agen Asuransi? Ini Kata Prudential Syariah

Bisnis.com, JAKARTA – PT Prudential Sharia Life Assurance (Prudential Syariah) tak takut disrupsi digital akan menghilangkan profesi agen pemasaran asuransi di Indonesia. 

Saat ini, penyaluran premi asuransi jiwa melalui saluran digital dan agen pemasaran berlomba-lomba mendorong pendapatan premi di industri asuransi jiwa.

Karin Zulkarnaen, Chief Customer and Marketing Manager Prudential Indonesia, mengatakan pada akhir tahun 2023, Prudential akan memiliki lebih dari 100.000 agen pemasaran. Dari jumlah tersebut, 52% merupakan generasi milenial dan 19% merupakan Gen Z atau Gen Z. 

Karina mengatakan Prudential Life akan terus menambah jumlah agen yang menyasar Gen Z. Salah satu solusinya adalah dengan menyelenggarakan acara NexGen Fest yang digelar di Balai Kota Senayan Jakarta pada Rabu (30/10/2024).

“Meski saluran digitalnya banyak, cara pembelian produknya berbeda-beda. Generasi Z masih lebih suka bertemu dengan tenaga penjual sebelum membeli karena ingin menjelaskan secara spesifik suatu produk. Mungkin produk asuransinya kurang mudah dipahami dan ingin dibeli dengan harga wajar. untuk pertama kalinya, sehingga potensi seorang pemasar sangat penting dan tidak tergantikan,” kata Karina.

Hingga 1H2024, premi asuransi jiwa terbesar berasal dari jalur distribusi bancassurance senilai Rp36,92 triliun. Sedangkan saluran perseroan mencatatkan pendapatan premi sebesar Rp 27,94 triliun. 

Sedangkan saluran digital atau e-commerce I/2024. hanya menghasilkan Rp 81,9 miliar atau hanya 0,09 persen dari total pendapatan premi selama semester tersebut.

Karina mengatakan, prospek lembaga tersebut masih sangat tinggi. Berdasarkan kajian internal yang dilakukan Prudential Syariah, calon nasabah asuransi jiwa rupanya masih ingin berperan sebagai agen, meski era digital kini menawarkan pilihan membeli asuransi jiwa tanpa pertemuan tatap muka.

Oleh karena itu, pemasar akan terus dibutuhkan di tahun-tahun mendatang, meskipun ada cara lain untuk membeli produk, ”pungkasnya.

Sebelumnya, Delta Andreansyah, Head of B2C Igloo Indonesia, meyakini lini teknologi asuransi (insurtech) akan mendapat angin segar seiring beralihnya model nasabah asuransi ke era digital. Menurutnya, digitalisasi memudahkan calon peserta dalam memilih, memahami, dan membeli suatu produk asuransi.

Di sisi lain, tantangannya adalah masih rendahnya kesadaran terhadap produk asuransi di Indonesia. Misalnya pada tahun 2022, literasi keuangan di sektor asuransi tetap sebesar 31,72%, namun inklusi hanya 16,63%. Artinya, hanya separuh dari mereka yang sudah memahami asuransi memilih menggunakannya.

“Jadi kita ada segmen yang sudah sadar akan asuransi, ada yang sudah sadar akan keuangan, tapi bagaimana caranya agar masyarakat yang belum tahu, jadi itu mungkin tantangannya,” kata Delta saat ditemui di acara tersebut. konferensi. Greyhound Café, Jakarta, Rabu (23/10/2024).

Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *