Bisnis.com, JAKARTA – Peresmian embrio BUMN yakni Badan Investasi Anagata Nusantara Power (BPI Danantara) tinggal menghitung hari. Lantas, seberapa kuatkah kehadiran industri baru ini di BUMN?
BPI Danantara disebut-sebut akan diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 8 November 2024. Kabar tersebut disampaikan Direktur Utama BPI Danantara Muliaman Darmansyah Hadad kepada media hari ini.
Selain peresmian gedung baru, pemerintah disebut sedang menyiapkan kerangka hukum untuk mengatur operasional dan kegiatan BPI Dananatara.
Analis BUMN Herry Gunawan dari Datanesia Institute menilai pembentukan BPI Danantara merupakan angin segar karena memiliki potensi besar untuk meningkatkan operasional BUMN melalui prinsip bisnis yang efektif.
“Karena organisasi itu tentang tujuan bisnis. Jadi ide bisnisnya yang terdepan, tidak ada ide politik,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (30/10/2024).
Oleh karena itu, dia mengatakan, BPI Danantara tidak boleh bersentuhan dengan politik dan berhak memutuskan kepengurusan badan usaha milik negara yang mengelola aset negara secara terpisah.
Herry juga meyakini aset BUMN akan dikelola oleh BPI Danantara dan harus dipisahkan antara perusahaan dan perusahaan sektor publik. Tindakan korektif juga harus diambil untuk memperjelas kemajuan perusahaan.
“BUMN harus disesuaikan dengan bisnisnya dan idenya jangan sampai berbisnis di lahan yang sama, misalnya BUMN Karya. Ide lainnya adalah memilih perusahaan yang dianggap strategis,” ujarnya.
Ia juga berharap BPI Danantara bisa dianggap sebagai perusahaan besar yang beroperasi sebagai investment holding company. Untuk keperluan bisnis bisa menggunakan pemegang BUMN yang sudah dibuat.
Bentuklah BPI Danantara sebagai istana yang mengelola BUMN secara strategis dan efektif. Bagi BUMN yang berdampak pada masyarakat, jadikanlah BLU [Badan Layanan Umum]. Kekuasaan Prabowo tentu akan menentukan perjalanan Danantara, ujarnya.
Kontak Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai perlu adanya kewenangan yang tinggi agar seluruh perusahaan pemerintah dapat bersinergi, serta bekerja secara efisien dan efektif.
Dengan hadirnya organisasi baru ini, diharapkan BUMN dapat menunjukkan integritas dan meningkatkan kepemilikan BUMN di berbagai sektor dengan menyelenggarakan program tata kelola perusahaan yang baik (GCG).
Hal ini bertujuan untuk memperkuat landasan kegiatan BUMN dalam hal keberlanjutan ke depan dan sebagai bentuk mitigasi dalam menghadapi berbagai ketidakpastian di tingkat internasional dan nasional di dalam negeri, kata Nafan.
Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan mengatakan superholding dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi dalam menangkap peluang bisnis dan keuangan saat pengambilan keputusan di dunia usaha. BUMN diyakini akan semakin kompetitif. Potensi BPI Danantara bersaing dengan Temasek dan Khazanah
Toto Pranoto, Wakil Direktur Lembaga Manajemen Kelompok Riset BUMN, Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), optimis Danantara bisa menjadi perusahaan pengelola milik negara bersama Temasek dan Khazanah.
Pasalnya, dari segi nilai aset bersih, angka konsolidasi BUMN lebih tinggi dibandingkan dua entitas lainnya. Namun, menurutnya, BUMN tidak terlalu menguntungkan.
“BUMN lebih terkonsolidasi dibandingkan Temasek dan beberapa kali Khazanah. Masalahnya, BUMN kurang mampu menghasilkan keuntungan. Artinya, aset yang besar tidak bisa berkinerja baik untuk menciptakan hasil,” ujarnya.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang dirilis Kementerian BUMN, total pendapatan 65 perusahaan pelat merah tersebut mencapai Rp 10.401,5 triliun sepanjang tahun 2023. Jumlah tersebut meningkat 6,26% dari tahun sebelumnya yakni sebesar 6,26%. Rp9.788,64 triliun.
Saat ini Temasek yang dikenal sebagai salah satu investor terbesar di dunia mencatatkan total nilai keuangan sebesar S$ 389 miliar hingga Maret 2024. Nilai tersebut sekitar Rp 4.610,99 triliun dengan kurs Rp 11.853 per dolar Singapura.
Sedangkan Khazanah Berhad secara grup mencatatkan total aset sebesar 165,84 miliar dolar hingga tahun 2023 atau sekitar Rp596,24 triliun dengan kurs Rp3.595 per ringgit Malaysia.
Dengan modal tersebut, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menilai BUMN superholding yang saat ini sedang dibentuk pemerintah berpotensi mengungguli Temasek atau Khazanah.
“Kita tahu di dunia ini ada yang seperti Temasek dan yang seperti Khazanah. Kami yakin BUMN akan lebih besar dari perusahaan global ini,” kata Kartika yang akrab disapa Tiko di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (21/10/2021). ) 2024).
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel