Bisnis.com, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Kamis (31/10/2024), berisiko terus melemah di pasar seiring kuatnya tekanan jual dan pasar saham.
Pada perdagangan Rabu (30/10/2024), IHSG ditutup melemah 0,48% atau 36,75 poin di 7.569,85. Perbaikan ini menunjukkan kelelahan selama 6 hari perdagangan berturut-turut.
Alhasil, IHSG pada pekan lalu turun 2,8%. Meski demikian, indeks komposit masih tumbuh sebesar 4,08% year-on-year (YtD).
Menurut Bloomberg, pasar saham Asia saat ini mengalami tekanan akibat anjloknya pasar saham AS. Penurunan tersebut dipicu oleh perkembangan data perekonomian AS yang memicu ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Di Wall Street, indeks S&P 500 melemah 0,3% dan Nasdaq 100 melemah 0,8% pada Rabu (30/10/2024), seiring koreksi harga saham perusahaan teknologi seperti Microsoft Corp. Sementara itu, tekanan pada pasar obligasi AS mendorong imbal hasil Treasury AS lebih tinggi.
Brett Kenwell dari Etoro mengatakan kuatnya pertumbuhan ekonomi AS konsisten dengan kondisi perekonomian saat ini. Situasi ini menyebabkan penyempitan jalur penurunan suku bunga The Fed.
“Saham berbasis harga naik lebih baik dibandingkan menghadapi ekonomi yang kuat dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter dari The Fed,” ujarnya, dikutip Bloomberg, Kamis (31/10/2024).
Dari dalam negeri, tim analis MNC Sekuritas menyebutkan IHSG terkoreksi 0,48% menjadi 7.569 pada perdagangan kemarin dan tekanan jual masih terkendali. Menurut dia, titik koreksi minimal sudah tercapai.
Secara teknikal IHSG akan menguji 7.518 sebagai bagian dari wave (i) wave [iii] dari koreksi wave IV. Namun perlu diperhatikan apakah IHSG akan terkoreksi dengan benar untuk menguji 7.355-7.444 sehingga menghasilkan wave (c) dari wave [ii] atau wave (c) dari wave [iv].
“Pada pasar hari ini IHSG akan bergerak menuju support 7.518 dan 7.450 serta resistance 7.675 dan 7.810,” jelasnya.
MNC Sekuritas menyarankan investor untuk mencermati saham INDF, INKP, MDKA, MEDC dan perdagangan hari ini.
—
Penafian: Informasi ini tidak dimaksudkan untuk mempromosikan pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi sepenuhnya terserah pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan dari keputusan investasi pembaca.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan Channel WA