Siasat BTN (BBTN) Pacu Simpanan Perorangan saat Daya Beli Melesu

Bisnis.com, Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) terus menyusun strategi untuk meningkatkan pertumbuhan dana nasabah pihak ketiga. 

Sekretaris Bisnis BTN Ramon Armando tak menampik, menurunnya pertumbuhan DPK dari nasabah perorangan saat ini merupakan cerminan lesunya daya beli masyarakat. 

“Untuk mengatasi tantangan tersebut, kami memperkuat aplikasi yang dapat memberikan manfaat langsung kepada pelanggan,” ujarnya kepada Bisnis dikutip Rabu (30/10/2024).

Salah satu program utama perusahaan adalah Bell Program, yaitu program tabungan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan nasabah dengan manfaat tambahan seperti keuntungan transaksi luar negeri, cashback untuk pengeluaran sehari-hari melalui mobile banking dan berbagai cashback hingga 30% di retailer. Promo berfungsi seperti BTN.

Ramon mengatakan strategi lainnya adalah dengan meningkatkan penggunaan platform digital, sehingga nasabah dapat dengan mudah mengakses dan mengelola tabungan. 

Menurutnya, integrasi sistem Bell ke dalam aplikasi mobile banking akan memberikan pengalaman perbankan yang lebih efisien, cepat, dan terintegrasi bagi nasabah dalam satu tempat. Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak nasabah untuk menambah tabungannya.

Perusahaan akan terus mengedukasi nasabah akan pentingnya menabung dan menyediakan produk investasi jangka panjang yang sesuai dengan profil risiko mereka sebagai solusi untuk meningkatkan potensi tabungan.

“Dengan cara ini, kami yakin dapat mendorong pertumbuhan dana yang dihimpun setiap nasabah, meski dalam kondisi perekonomian yang terkendala saat ini,” ujarnya. 

Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat dana luar negeri (DPK) terus mengalami penurunan, bahkan kenaikannya tidak melebihi 1% sejak September 2024. Keadaan ini berbeda dengan bisnis DPK yang tumbuh lambat. Dalam dua digit.

Tercatat, secara segmen nasabah, DPK atau simpanan per nasabah pada September 2024 hanya tumbuh 0,6%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang tumbuh 1%. Angka tersebut juga jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 5,4% per tahun pada Januari 2024.

Sementara itu, pada periode yang sama, DPK korporasi tumbuh sebesar 13,5% year-on-year, stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 13,4% pada Agustus 2024. Bahkan, kenaikan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Januari 2024 yang hanya sebesar 6,2%. 

Kepala Riset LPPI Trioxa Syahan menilai bertambahnya jalur terpisah antara individu dan perusahaan menunjukkan bahwa setiap simpanan, semakin banyak simpanan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Selain itu, mungkin juga terdapat tanda-tanda penurunan pendapatan masyarakat kelas menengah dan bawah yang menggunakan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sedangkan dari sisi korporasi, peningkatan DPK mencerminkan perlambatan pertumbuhan,” ujarnya.

Trioksa mengatakan, jika hal ini terus terjadi maka akan berdampak pada penggunaan uang, sehingga solusinya adalah perlunya investasi baru atau ekspansi dan peningkatan peluang bagi kelas menengah untuk mengembangkan uangnya.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *