Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartaro mengatakan pihaknya telah mengusulkan kepada Prabowo Subianto untuk menerapkan standar sertifikasi minyak sawit berkelanjutan (ISPO) Indonesia melalui peraturan pemerintah (PP).
Airlangga mengatakan, hal ini merupakan langkah pemerintah untuk menunjukkan kepada dunia, khususnya Eropa, bahwa Indonesia memiliki peraturan khusus terkait keberlanjutan di sektor kelapa sawit.
“Standar tersebut ditegaskan melalui PP agar EUDR memahami bahwa kita memiliki standar mengenai keberlanjutan,” ujarnya, Rabu (30/10/2024).
Seperti diketahui, Eropa sedang menerapkan kebijakan melawan deforestasi (European Union Deforestation Regulation/EUDR) yang semula dijadwalkan berlaku pada tahun 2025, namun tertunda selama dua tahun.
Undang-undang anti deforestasi ini dapat mencegah ekspor produk perkebunan Indonesia seperti minyak sawit, karet, kakao, kopi, dan kayu ke Uni Eropa. Alhasil, pengusaha sawit Indonesia kewalahan dengan aturan tersebut saat melakukan ekspor ke Eropa.
ISPO merupakan standar mutu yang memuat prinsip dan kriteria pengelolaan perdagangan minyak sawit berkelanjutan.
Sebelumnya, pengusaha kelapa sawit mengeluhkan biaya sertifikasi ISPO. Lebih lanjut, rendahnya ISPO disebabkan oleh tumpang tindihnya perkebunan kelapa sawit dengan kawasan hutan.
Sekadar informasi, melalui EUDR, Eropa telah membatasi 6 produk Indonesia yaitu kopi, kakao, karet, furnitur, minyak sawit mentah, dan juga peternakan.
Undang-undang anti deforestasi mewajibkan perusahaan atau importir yang menjual keenam produk tersebut untuk memastikan bahwa produk mereka tidak berasal dari lahan yang mengalami deforestasi atau merusak lingkungan atau hutan.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel