Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah dan melemah ke level 7.505,25 pada akhir perdagangan awal bulan ini, Jumat (11/1/2024).
Pergerakan IHSG kali ini tertekan oleh kinerja negatif saham-saham berkapitalisasi besar atau high-cap seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) hingga PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Berdasarkan data RTI Business, IHSG mengakhiri perdagangan Jumat (11/1/2024) dengan penguatan sangat tinggi sebesar 68,76 poin atau 0,91% dan ditutup pada 7.505,25. Sebelumnya, indeks dibuka pada level 7.574 pada perdagangan hari ini.
IHSG mencapai titik terendah di 7.485,45 dan mencapai tertinggi intraday di 7.583,68.
Nilai transaksi tercatat di Bursa Efek Indonesia pada akhir pekan mencapai Rp 10,40 triliun dan volume saham mencapai 19,73 miliar lembar saham. Transaksi kini telah diselesaikan dengan frekuensi 1,17 juta kali.
Terpantau, saham BBRI saat ini ambles 2,08% ke Rp 4.700 per saham. Emiten bank pelat merah itu hari ini menyelesaikan transaksi jumbo senilai Rp 1,1 triliun yang terdiri dari 234,9 juta saham.
Selain itu, AMMN dan BREN mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 1,51% ke Rp 9.025 per saham dan 1,47% ke Rp 6.700 per saham.
Di sisi lain, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) didukung oleh IHSG. Dua emiten mencatatkan kenaikan harga yang relatif signifikan menjelang penutupan perdagangan.
Saham ADRO menguat 4,7% ke Rp 3.790 per saham. Emiten Garibaldi “Boy” Thohir menghimpun transaksi senilai Rp 549,3 miliar dengan 146,1 juta saham.
Sedangkan BBCA mencatatkan keuntungan 1,71% pada Rp 10.425 per saham. BBCA mengumpulkan transaksi senilai Rp 494,3 miliar.
Sebelumnya, Kepala Riset Fintraco Securitas Valdi Kurniawan mencatat pelemahan indeks komposit pada pekan ini mengikuti tren pelemahan sebagian besar indeks global.
Namun menurut Valdi, pelemahan IHSG akan bergerak ke area bawah di zona support 7.500-7.550.
Taruhan ini didasarkan pada asumsi The Fed akan menurunkan suku bunga pada November dan Desember 2024, kata Valdi dalam catatannya, Jumat (11/1/2024).
Pergerakan hasil survei terbaru CME FedWatch Tools (31/10/2024) menunjukkan, meski The Fed mempertahankan suku bunganya pada November 2024, Federal Reserve AS masih berpeluang memangkas suku bunga. Suku bunga referensi 50 basis poin pada bulan Desember.
Dari dalam negeri, faktor utamanya masih terkait implementasi hasil keuangan kuartal III 2024 oleh emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kinerja sebagian besar saham blue chip sesuai ekspektasi pasar.
Penafian: Pesan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham apa pun. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Untuk berita dan artikel lainnya, kunjungi Google Berita dan Channel WA