Bisnis.com, Jakarta – Indeks Harga Konsumen atau CPI mencatat tingkat inflasi bulanan sebesar 0,08% dan mengalami tingkat inflasi tahunan sebesar 1,71% pada Oktober 2024. Penyebab utamanya adalah inflasi, emas, perhiasan, dan lauk pauk.
Dari ketiga komponen tersebut, inflasi bulanan pada bulan Oktober 2024 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,22%, yaitu sebesar 0,16% dibandingkan bulan September, dan laju inflasi bulanan (MtM) yang turut menyumbang kenaikan inflasi sebesar 0,14%.
Sementara itu, komponen harga yang dikendalikan pemerintah dan harga variabel masih mencatat inflasi yang cukup parah masing-masing sebesar 0,25% dan 0,11%.
Ekonom Pusat Reformasi Ekonomi alias Core Yusuf Randi Manilet mengatakan masih terlalu dini untuk menilai pemulihan daya beli nasional terhadap inflasi lima bulan berturut-turut, namun beberapa indikator menunjukkan pemulihan sedang terjadi .
“Ada indikasi inflasi yang terjadi pada bulan lalu (Oktober) antara lain didorong oleh permintaan,” ujarnya kepada majalah Business, Jumat (11 Januari 2024).
Hal ini terlihat dari indikator inflasi komponen inti bulan Oktober yang relatif lebih tinggi dibandingkan bulan September secara bulanan dan tahunan. Secara year-on-year (perbandingan year-on-year), laju inflasi inti pada bulan Oktober naik menjadi 2,21% dari 2,09% pada bulan September.
Pak Yusuf menegaskan, inflasi inti merupakan indikator permintaan barang dan jasa di masyarakat. Artinya, ketika tingkat inflasi inti meningkat, maka permintaan produk dari bahan baku akan meningkat pada bulan Oktober dibandingkan bulan September.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk yang bahan utamanya paling banyak adalah nasi dengan lauk pauknya.
Instrumen-instrumen tersebut mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,67% dan 2,54% secara bulan dan tahun, dengan kontribusi masing-masing sebesar 0,02% dan 0,06%.
Di sisi lain, perhiasan emas, yang tidak termasuk dalam lima komponen utama berdasarkan beratnya, mengalami kenaikan harga yang signifikan di pasar global sepanjang tahun.
“Harus ada transmisi langsung dari pergerakan harga emas global ke harga emas di pasar dalam negeri. Pedagang harus mengacu pada harga emas internasional. Oleh karena itu, tidak ada penundaan dan bersifat instan,” jelas Plt. Jumat ( 1/11/). 2024) Direktur BPS Amalia A. Vidyasanti pada konferensi pers.
Ekonom di PT Bank Mandir Tbk. (BMRI) Renee Eka Putri mengamini pergerakan harga emas global meningkat 12% tahun ini.
Kenaikan harga emas dipengaruhi oleh situasi global dimana ketegangan geopolitik kembali meningkat, sehingga pelaku pasar dan investor mencari produk investasi yang dianggap aman di tengah meningkatnya ketidakpastian (aset safe-haven).
Dua aset utama yang dipilih di pasar biasanya adalah mata uang dolar AS dan instrumen emas. Meningkatnya permintaan produk emas berarti tren harga akan terus meningkat pada tahun ini.
Namun, Eka mengamati, produk tersebut umumnya disukai masyarakat menengah atas yang memiliki penghasilan tambahan.
“Perhiasan emas bukan kebutuhan pokok. Masyarakat kelas bawah akan fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (makanan),” ujarnya.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap indeks daya beli masyarakat akan membaik meski laju inflasi yang tercatat saat ini masih rendah.
“(Daya beli) mulai membaik, jadi mari kita dorong terus,” ujarnya di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jumat (11 Januari 2024).
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel