Bisnis.com, Jakarta – Kemenangan Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika Serikat pada 5 November belum tentu menjadi nilai tambah bagi perekonomian dan pasar keuangan global.
Rohit Sipahimalani, kepala investasi perusahaan investasi milik negara Singapura Temasek International, mengatakan pemerintahan Trump akan memperlambat pertumbuhan global, yang pada akhirnya akan berdampak pada perusahaan-perusahaan AS.
“Saya tahu kebijaksanaan konvensional dan konsensus saat ini adalah bahwa kepresidenan Trump baik untuk pasar,” kata Sipahimalani dalam wawancara dengan Bloomberg TV, Selasa (29/10/2024).
Selain itu, Sipahimalani juga menyampaikan harapannya akan pajak yang lebih rendah dan liberalisasi yang lebih besar. Namun menurutnya, jika kita melihat ke tahun 2025, gambarannya belum begitu jelas.
Investor di seluruh dunia sangat waspada menjelang pemilihan presiden AS minggu depan. Menurut jajak pendapat Bloomberg Markets Live Pulse terbaru, kemenangan Trump akan lebih bermanfaat bagi investor yang memegang saham dan bitcoin dibandingkan bagi penantangnya dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
Sipahimalani mengatakan kemenangan Harris akan menguntungkan negara-negara berkembang, sedangkan kemenangan Trump akan memberikan manfaat sebaliknya. Kemenangan Trump berarti dolar lebih kuat dan suku bunga lebih tinggi dibandingkan Harris, katanya.
“Tarif menciptakan ketidakpastian, yang tidak pernah baik untuk investasi, bahkan menurut saya hal itu akan berdampak negatif tidak hanya pada negara-negara berkembang tetapi juga seluruh dunia,” ujarnya, “yang berdampak pada pertumbuhan global.”
Temasek merupakan salah satu perusahaan investasi publik terbesar di dunia dengan nilai portofolio bersih sebesar S$389 miliar atau US$294 miliar. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan ini telah memulai perubahan besar dalam strateginya, dengan mengerahkan lebih banyak modal di AS.
Baru-baru ini, Temasek juga mengumumkan rencana investasi sebesar US$30 miliar selama setengah dekade ke depan. Namun, Sipahimalani memperkirakan pasar akan lebih berfluktuasi pada tahun 2025 dibandingkan beberapa tahun terakhir.
Dia meremehkan risiko market tail, atau peristiwa yang tidak mungkin terjadi, namun jika hal itu benar-benar terjadi, dampaknya akan sangat besar.
Menurutnya, karena 25% pendapatan perusahaan di indeks S&P 500 berasal dari luar negeri, maka perlambatan pertumbuhan global juga akan berdampak langsung pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di AS.
Mengenai Tiongkok, Sipahimalani mengulangi komentarnya sebelumnya bahwa cara otoritas Tiongkok menerapkan stimulus ekonomi lebih penting daripada uang yang dikeluarkan.
Sipamihalani mengatakan pendekatan apa pun yang diambil pemerintah saat ini perlu diulang beberapa kali sebelum dapat diterapkan dengan benar, dengan menyebutkan pertanyaan mengenai selera risiko para pejabat dan masalah struktural lainnya.
“Tahun depan penuh tantangan dan menjadi pasar bisnis,” ujarnya.
Lihat berita dan cerita lainnya di Google Berita dan Saluran WA