Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Argentina memangkas suku bunga acuannya untuk pertama kalinya dalam hampir enam bulan seiring melambatnya inflasi di perekonomian yang rawan krisis tersebut.

Dalam siaran pers yang dikutip Bloomberg, Sabtu (11/2/2024), otoritas moneter Argentina menurunkan bunga pinjaman menjadi 35% dari sebelumnya 40%. Keputusan ini didasarkan pada konteks likuiditas negara, ekspektasi harga konsumen yang lebih rendah, dan jangkar fiskal pemerintah. 

Selain itu, Argentina juga menurunkan suku bunga uang kertas, yang dikenal secara lokal sebagai paspor, dari 45% menjadi 40%.

Obligasi pemerintah negara tersebut memimpin kenaikan di pasar negara berkembang pasca berita tersebut, dengan obligasi yang jatuh tempo pada tahun 2030 dan 2029 masing-masing turun setidaknya 0,5 sen terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat (11/1/2024), waktu setempat.

Di bawah kepemimpinan Presiden Javier Milei, inflasi bulanan Argentina melambat menjadi 3,5% pada bulan September dari 25,5% pada bulan Desember 2023, menandai pilar kesuksesan politiknya. Menurut perkiraan, angka bulan Oktober, yang akan dipublikasikan pada 12 November, akan terus menurun.

Ketika Milei pertama kali menjabat, dia melakukan serangkaian penurunan suku bunga untuk menghapus pembayaran bunga dari neraca bank sentral, yang merupakan syarat utama untuk meningkatkan kontrol mata uang dan modal. 

Bank sentral terakhir kali melonggarkan kebijakan moneter pada pertengahan Mei, ketika memangkas biaya pinjaman untuk keenam kalinya menjadi 40%, dari sebelumnya 133%.

“Langkah ini tidak akan membantu posisi negara dalam upaya mencapai kesepakatan baru dengan IMF, dan tidak akan memudahkan Presiden Javier Milei untuk mencabut kontrol devisa, yang menunjukkan bahwa hal ini tidak akan terjadi dalam jangka pendek.” kata Adriana Dupita, wakil kepala ekonom pasar berkembang di Bloomberg Economics.

Setelah serangkaian pemotongan pada bulan Juni, Argentina mengubah skema kebijakan moneternya dan mengalihkan utang dari bank sentral ke Departemen Keuangan. Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk menutup apa yang dianggap oleh tim ekonomi negara tersebut sebagai salah satu “keran” masalah moneter yang berisiko semakin memicu inflasi tahunan.

Nilai tukar riil yang positif dan rezim mata uang yang lebih fleksibel telah lama menjadi tuntutan Dana Moneter Internasional (IMF), yang merupakan negara utang Argentina sebesar 44 miliar dolar. 

Sementara itu, Argentina sedang mempertimbangkan untuk memulai program baru untuk menggantikan program yang dinegosiasikan oleh pendahulu Milei yang berhaluan kiri. Tidak jelas apa yang mungkin terjadi pada kebijakan moneter ketika kontrol terhadap mata uang dan modal akhirnya dihapuskan.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *