Bisnis.com, jakarta – Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Tastiman) Buk Tustafiko mengatakan usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM menjadi salah satu jembatannya. Kontribusi pada program makanan bergizi gratis.

Bukan hanya ibu-ibu saja, tapi harus mulai di bidang produksi atau industri kecil menengah (UKM). Namun hal ini bukanlah hal yang baru, pada masa pemerintahan Jokowi, UKM didorong untuk menyebarkan dan meratakan pembangunan industri di nusantara.

Budiman mengatakan, di pemerintahan ini, Prabowo menginstruksikan mereka untuk bekerja secara gotong royong, bahkan dalam skala ICM dan MSKS serta MSKS dan MSKS, untuk membentuk jaringan usaha atau kelompok yang lebih besar. 

“Buatlah perusahaan pertanian dengan gotong royong, kalau bicara usaha pertanian kecil, dan kelompokkan bersama [ikns dan UMKM yang pemasoknya besar],” ujarnya dalam Business Indonesia Forum, Senin (4/11/2024).

Misalnya, UMKM dan UMKM yang berdiri sendiri tidak akan mampu mendukung program makan gratis bergizi yang diusung Prabowo.

Sedangkan jika pemerintah membiarkan program diisi pemasok besar, hal itu bertentangan dengan tujuan program Prabowo-Giban yang menginginkan MBG merangsang permintaan UKM dan ibu-ibu.

Oleh karena itu, UKM harus berkolaborasi dengan UKM lain untuk mendapatkan bekal untuk melaksanakan program MBG.

Selain itu, jika MBG berjalan penuh, maka akan beredar anggaran sebesar Rp 460 triliun setiap tahunnya. Harapannya, anggaran ini akan masuk ke kantong para pelaku usaha kecil menengah dan ibu-ibu, sehingga meningkatkan pendapatan mereka dan pada akhirnya membantu mengangkat mereka keluar dari garis kemiskinan. 

“Saya sampaikan kepada Kepala Badan Gizi Nasional [Dadan Hindayana] bahwa harus ada kontribusi masyarakat miskin dalam produksi beras, kangkung, putih, telur, dimana 82.000.000 orang [dalam makanan bergizi gratis [dalam makanan bergizi gratis] ] program makan bergizi],” ujarnya.

Misalnya, beras yang dihasilkan harus berasal dari masyarakat miskin yang sudah naik taraf dan kini memproduksi beras. Jika kita tidak mendorong UKM dan para ibu, kemiskinan akan terus menjadi masalah yang belum terselesaikan.

Budisiman juga mendorong setiap kementerian/lembaga (K/L) memiliki kemiskinannya masing-masing. Program ketinggian yang didemonstrasikan oleh KPI. Baik kementerian yang mengatur investasi, perdagangan, perindustrian, komunikasi dan digital, bahkan Kementerian Luar Negeri harus membantu menurunkan angka kemiskinan. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Yanita menyampaikan, sudah menjadi tugas pemerintah untuk meningkatkan kontribusi UKM di tingkat nasional, yakni sebagai pendukung industri besar yang sudah ada. 

“Restoran hotelnya ada, kita ingin UKM yang mensuplainya. UKM yang jadi supply chainnya,” tuturnya.

Pasalnya, saat ini hanya UKM di industri otomotif yang memberikan dampak nyata dan menjadi supply chain bagi industri otomotif. Harapannya, seiring dengan perbaikan rantai pasok UKM bagi industri, dapat mengangkat perekonomian masyarakat.

Pada tahun 2024, jumlah penduduk miskin dengan indikator pendapatan per kapita Rp500.000 per bulan akan berjumlah 25,42 juta jiwa dari total penduduk sebanyak 281,6 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin terbesar berada di perdesaan yaitu mencapai 13,58 juta jiwa.

Secara spasial, jumlah penduduk miskin perkotaan terbesar terdapat di Jawa Barat yang mencapai 2,92 juta jiwa. Jumlah penduduk miskin perdesaan terbesar terdapat di Jawa Timur yang mencapai 1,86 juta jiwa. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *