Bisnis.com, Jakarta – Perusahaan furnitur Tupperware Brands tidak bangkrut karena mengambil opsi menjual usahanya kepada sekelompok kreditur.
Penjualan tunai tercatat sebesar 23,5 juta dollar AS atau Rp 369,68 miliar (mengingat kurs Rp 15.731 per dolar).
Selain itu, perseroan juga memberikan pengurangan utang sebesar 63 juta dolar AS atau Rp 990,73 miliar kepada kreditur.
Pemberi pinjaman yang kini siap membeli Tupperware termasuk Alden Global Capital, Stonehill Institutional Partners, dan Bank of America Trading Desk.
Melansir Reuters, Senin (4/11/2024), Tupperware Brands mengumumkan kesepakatan dalam proses kebangkrutan di Wilmington, Amerika Serikat (AS). Kesepakatan itu juga membatalkan rencana perusahaan menjual asetnya di pasar terbuka.
Berita tentang Tupperware yang berjuang melawan kebangkrutan tersebar lebih dari setahun yang lalu. Mengutip laporan Fortune 12 April 2023, Bisnis.com menyebutkan, saat itu manajemen Tupperware sempat meragukan kemampuannya untuk melanjutkan bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan telah melibatkan penasihat keuangan untuk meningkatkan modal.
“Tupperware telah memulai perjalanan untuk mentransformasi bisnis kami dan hari ini merupakan langkah penting dalam mengatasi situasi permodalan dan likuiditas kami,” kata Miguel Fernandez, CEO Tupperware Brands.
Perusahaan mengatakan akan mengajukan laporan tahunannya dalam 30 hari ke depan, namun hal tersebut tidak dapat dijamin.
“Tidak ada jaminan bahwa Formulir 10-K akan diajukan tepat waktu,” kata manajemen.
Penyebab krisis bisnis ini adalah penjualan Tupperware yang menurun selama beberapa tahun seiring dengan meningkatnya persaingan bisnis penyimpanan plastik secara signifikan. Pasalnya, pesaing Tupperware sudah mulai menawarkan produk dengan harga yang jauh lebih murah.
Meskipun demikian, Tupperware melaporkan peningkatan penjualan tahunan pada tahun 2020, untuk pertama kalinya sejak tahun 2017. Pengajuan kebangkrutan Tupperware
Kemudian, seperti dilansir Bloomberg pada 17 September 2024, Tupperware disebut bersiap mengajukan pailit. Informasi ini diperoleh dari sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Rencana tersebut mengikuti upaya bertahun-tahun yang dilakukan perusahaan ketika permintaan menurun. Perusahaan yang terkenal di bidang penyimpanan makanan ini berencana meminta perlindungan ke pengadilan karena ketidakmampuannya memenuhi kewajiban utangnya.
Tidak hanya itu, Tupperware juga meminta bantuan dari penasihat hukum dan keuangan, menurut sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Diketahui, perusahaan ini memiliki utang lebih dari 700 juta dolar. Para kreditor setuju untuk memberikan ruang bernapas pada tahun ini karena gagal bayar pinjaman, namun situasi Tupperware terus memburuk.
Namun, rencana pengajuan pailit tersebut belum final dan dapat berubah. Tupperware menolak berkomentar saat dimintai konfirmasi.
Di masa lalu, Tupperware telah lama menyatakan keraguannya mengenai kemampuannya bertahan dalam bisnis. Pada bulan Juni, perusahaan mengumumkan akan menutup satu-satunya pabriknya di AS dan memberhentikan sekitar 150 pekerja.
Tahun lalu, perusahaan mengganti CEO Miguel Fernandez dan beberapa anggota dewan serta menunjuk Laurie Ann Goldman sebagai CEO baru dalam upaya membalikkan keadaan bisnis.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google Berita dan The Watch Channel